Kemaren (31/07/21) saya membaca disebuah portal berita yg absurd isinya. Yaitu tentang kabar bhw Menkopolhukam, Prof. Mahfud MD (MMD) lapor kpd PJ ttg temuan obat penyembuh Covid-19. Dan obat itu konon adlh hasil Prof. MMD bertapa selama 40 hari! Kabar yg dimuat oleh dua portal berita itu juga menjadi bahan pembicaraan dalam sebuah podcast video, kendati di tempat ini masih ada upaya untuk menelisik validitas kabar tsb.
Bagi saya, absurditas tsb mungkin bisa saya coba artikan bhw posisi dan nama MMD memang sangat rentan dengan segala hoax, apalagi di negeri yg sedang kebanjiran hoax dan fake news seperti Indonesia. Namun saya tak begitu saja mau menganggap angin lalu, karena bisa jadi pihak2 tertentu akan menjadikan hoax tsb sebagai sumber utk justifikasi dan ujung2 nya akan makin mengotori ruang publik kita. Karenanya saya langsung kirimkan kabar tsb kepada beliau dan menanyakan validitasnya.
Cukup lama saya menunggu, nyaris seharian, sebelum akhirnya Prof. MMD merespon di WA saya. Kata beliau: "Itu hoaks 1000% Pak. Sdh saya klarifikasi di Twitter dlm 5 cuitan termasuk videonya." Dan beliau juga memberikan tautan twitter yg disebutnya: (https://twitter.com/mohmahfudmd/status/1421430126462468098?s=08). Bukan cuma itu, beliau juga mengirim koreksi dari salah satu portal berita dan permintaan maafnya kepada Prof. MMD (https://www.suara.com/news/2021/07/31/204413/mahfud-md-saya-tak-pernah-lapor-ke-presiden-adanya-obat-covid-19-hasil-bertapa).
Tentulah saya cukup lega dengan respon beliau, namun tetap saja merasa sangat simpati dan prihatin serta kecewa thd apa yg beliau alami (walau bagi Prof MMD mungkin sudah bukan hal yg baru atau mengherankan). Jadi saya merespon lagi WA beliau dengan mengatakan bhw mestinya portal berita2 itu ditegur. Kalau tidak, mereka akan makin kurang ajar, tak mau melakukan cek dan ricek, lalu dipakai bahan gorengan di platform medsos lain.
Orang bisa saja menganggap postingan hoax tsb tak perlu ditanggapi atau diperpanjang masalahnya, toh orang selevel Prof. MMD gak akan tergoyahkan reputasi dan kredibilitasnya dg kabar yg dari sisi substabsinya saja sudah absurd dan proses pemberitaannya juga tak menggunakan cara yg sahih dlm jurnalistik. Namun bagi saya kasus ini perlu utk menjadi perhatian bagi mrk yg masih percaya dg pentingnya ruang publik bebas utk memperkuat demokrasi.
Karenanya ia harus tetap dijadikan sebagai salah satu indikasi bahwa hoax dan fake news akan tetap menjadi salah satu ancaman bagi publik. Apa yg dialaminoleh Prof. MMD bisa terjadi kepada kita, terlepas dari posisi dan level kita. Dan virus hoax serta fake news ini saya yakin sangatlah besar bahayanya bagi kesehatan dan kelestarian demokrasi kita yg kini sedang fragile alias rentan thd ancaman otoriterisme ini.
Simak tautan ini:
1. https://www.suara.com/news/2021/07/31/204413/mahfud-md-saya-tak-pernah-lapor-ke-presiden-adanya-obat-covid-19-hasil-bertapa
2. https://www.suara.com/news/2021/07/29/222420/sudah-lapor-jokowi-mahfud-md-dapat-banyak-obat-hasil-bertapa-untuk-sembuhkan-covid-19?page=all
3. https://publika.rmol.id/read/2021/07/31/498675/covid-dan-bertapa-40-hari
0 comments:
Post a Comment