Oleh Lily Hikam, PhD*)
Belakangan ini, publik dibanjiri informasi mengenai penurunan kekuatan titer antibodi (titer antibody) yang dimiliki oleh vaksin COVID-19 tertentu. Penurunan titer antibodi sebenarnya sangat umum terjadi setelah vaksinasi. Misalnya, jika kita mendapat vaksinasi tetanus, maka dianjurkan untuk mendapatkan suntikan booster setiap 10 (sepuluh) tahun untuk menjaga kekebalan karena titer antibodi yang akan berkurang dari waktu ke waktu.
Itulah sebabnya, jika vaksin COVID-19 seperti misalnya buatan Sinovac (merek dagang: CoronaVac) ditemukan mengalami penuruan titer antibodi penetralisir setelah 6 bulan, hal ini bukan sesuatu yang luar biasa atau janggal, apalagi bahkan diduga indikasi bahwa Sinovac tidak efektif atau kurang bermutu, atau "buruk". Sama sekali bukan!
Studi yang dilakukan (meskipun belum di peer-review, jadi kita harus berhati-hati saat menafsirkan dan menarik kesimpulan dari data) cenderung menunjukkan bahwa antibodi penetral dari CoronaVac memudar setelah 6 (enam) bulan pasca-injeksi dua dosis utama, tetapi titer antibodi meningkat setelah pasien diberi suntikan ketiga CoronaVac. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa titer antibodi dapat diremajakan dengan menggunakan vaksin COVID-19 lainnya seperti vaksin AstraZeneca dan Pfizer.
Adalah sebuah fakta bahwa hampir SEMUA vaksin memerlukan booster untuk menjaga kekebalan tubuh Anda terhadap penyakit yang Anda divaksin. Tetapi mungkin salah satu penyebab mengapa kabar terkait titer antibodi vaksin Sinovac ini ramai diperbincangkan adalah karena banyak dari kita yang masih beranggapan bahwa vaksin itu sama obat yang menyembuhkan atau menghilangkan penyakit. Seolah kemudian muncul pertanyaan yg bernada keraguan: “Jika vaksin hanya "bertahan" selama enam bulan, apa gunanya divaksinasi?”
Pada
kenyataannya, vaksin hanyalah salah satu bagian saja dari langkah-langkah untuk
mengurangi keparahan penyakit, mengurangi angka kematian akibat penyakit, dan
membatasi penyebaran penyakit sehingga varian virus yang perlu dikhawatirkan
lebih sedikit. Sampai saat ini kita masih belum memiliki obat-obatan yang
secara khusus mengobati COVID-19. Sejauh ini apa yang kita miliki adalah
obat-obatan yang mengobati gejala COVID-19 dan vaksin-vaksin yang sangat
membantu dalam mengurangi jumlah penularan dan kematian akibat COVID- 19. Tetapi
itupun masih dengan catatan vaksin-vaksin ini diberikan kepada banyak orang
atau bersifat massal.
*) Research manager PT. Kalbe Farma; research fellow INFID
Note:
https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.07.23.21261026v1
0 comments:
Post a Comment