Di zaman Orba, sudah biasa intel menguntit para tokoh yg berseberangan dengan penguasa, termasuk almaghfurlah Gus Dur (GD) yang selain Ketum PBNU juga pentolan Forum Demokrasi (ForDem) itu. Seringkali intel diperintahkan atasannya menguntit dan melaporkan pembicaraan/ kegiatan beliau, bahkan ketika sedang di pondok pesantren (ponpes) sekalipun.
Satu hari seorang intel Kodim diperintah Dandimnya agar menguntit GD yg sedang menghadiri pertemuan dg para Ulama di sebuah ponpes di Jatim. Pertemuan berlangsung singkat saja, tak sampai 45 menit, dan beliau segera pergi lagi.
Sang anggota intel (I) pun bergegas kembali ke Makodim dan menemui Pak Dandim (D):
I : "Siyapp.. Izin melaporkan pertemuan antara GD dan para Ulama sudah selesai."
D : "Ya.. Apakah ada hal-hal yang penting untuk saya ketahui?"
I : "Siyapp.. Tidak ada nDan..!"
D (heran): "Lho emang kamu di sana berapa lama ikut pertemuan?"
I : "Siyaapp.. Izin melaporkan, kami dari awal sampai akhir ikut, kira2 45 menit. Tapi pertemuan efektif hanya 15 menit. Selebihnya makan kue dan ngopi."
D : "Lalu yang dibicarakan dalam tempo 15 menit itu apa saja."
I : "Siyaaapp.. GD dan para Ulama itu hanya saling BERDOA nDan."
D (jengkel) : "Waduh! Dasar kamu payah... Mereka itu bukan sedang saling mendoakan. Itu pertemuan menggunakan BAHASA Arab!."
I : "!!!???*** Ooo... Siyaapp.. Kami tidak tahu nDan.."
(Sumber: Cerita dari mbak Alyssa Wahid, Koordinator Gusdurian)
0 comments:
Post a Comment