Saya mendapat kiriman gambar-gambar dr WA, ada sekelompok orang yg berpawai dengan membawa spanduk pro-Khilafahisme di Jogjakarta. Kabarnya pawai ini digelar dalam rangka memperingati 96 tahun keruntuhan daulah khilafah. Di antara spanduk yang dibawa ada yang menyatakan anti nasionalisme dan keinginan agar kembali kepada persatuan Islam dunia, sebuah "kode" bagi propaganda Khilafahisme.
Saya meragukan bhw pawai ini hanya sebuah event untuk memperingati sejarah kejatuhan Khilafah Usmaniah di Turki. Fakta bahwa spanduk-spanduk tsb mengusung pesan-pesan ideologis seperti anti-nasionalisme, persatuan Islam sedunia, dan pemberlakuan syariah Islam, bisa dimaknai bahwa pawai ini bisa saja adalah bagian dari propaganda kelompok pendukung Khilafahisme transnasional.
Jogja dikenal sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, tempat kaum terpelajar, lokasi universitas tertua yang dibanggakan karena berorientasi kepada rakyat dan kebangsaan, dan tempat Keraton di mana Ngarso Dalem Hamengkubuwono X berada. Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat, dalam sejarah nasional, dikenal sebagai salah satu pendukung utama perjuangan merebut kemerdekaan RI.
Jadi sesungguhnya sangatlah ironis dan anomali jika di Jogja digelar pawai para pendukung Khilafahisme yang jelas-jelas anti nasionalisme, yang ipso facto adalah landasan dari keberadaan NKRI. Fenomena politik apa ini? Apakah ini berarti bahwa salah satu pusat budaya dan kaum cendekiawan Indonesia itu sudah terpapar oleh ideologi radikal Khilafahisme? Apa respon dari Pemerintah Daerah dan Pusat thd fenomena ini? Dan yang lebih penting lagi bagaimana sikap organisasi masyarakt sipil Jogjakarta atasnya?
Pertanyaan-pertanyaan di atas menunggu jawaban dan tindakan nyata. Jika Jogja sudah begini, apalagi kota-kota lain! IMHO
Simak tautan ini:
0 comments:
Post a Comment