Respon Presiden Jokowi (PJ) terhadap pihak yang usul agar masa jabatan Presiden 3 kali sangat sangat tepat waktu (timely), tegas, dan mantap (firm). Beliau bilang pihak-pihak tsb:
1. Ingin cari muka sama saya;
2. Ingin menampar muka saya; dan
2. Ingin menampar muka saya; dan
3. Ingin menjerumuskan saya.
Secara substantif PJ tidak mendapat keuntungan politis apapun dengan adanya wacana tsb. Sebab beliau tidak mungkin lagi menjadi Presiden ke 3 kali sesuai UUD NRI 1945 yg berlaku saat ini. Jadi ini cuma carmuk alias cari muka, atau cara pesantrennya: ya hannu.
Wacana tsb layak dianggap sebagai tamparan bagi PJ karena dikesankan bahwa beliau kemaruk dengan kuasa. Padahal saat ini PJ baru memasuki periode ke dua yang tentu saja menghadapi berbagai tantangan yg harus direspons. Menyodorkan wacana ini berarti mencitrakan PJ hanya peduli dengan kekuasaan dan kedudukan.
Akhirnya, jika wacana ini tak segera di stop, maka implikasi politiknya bisa sangat serius dan berpotensi menjerumuskan PJ pada berbagai kegaduhan politik (political quagmires). Dalam kondisi ekonomi, politik, dan sosial saat ini, yang diperlukan PJ adalah stabilitas dan ketenangan politik. Wacana masa jabatan Presiden 3 kali, sama saja dengan wacana Pilpres oleh MPR. Keduanya sangat potensial menciptakan kontroversi yg hanya menguntungkan sebagian elit politik dan oligarki saja. PJ sama sekali tak diuntungkan oleh wacana tsb.
Walhasil, respon PJ sangat tepat waktu (timely), tegas dan secara politik, menurut saya, efektif. Saya SALUT & BANGGA dengan respon yang layak untuk dinobatkan sebagai "STATEMENT OF THE YEAR 2019." TABIK PJ!!
#StatementoftheYear2019
0 comments:
Post a Comment