Selama dua hari di Solo dalam rangka acara keluarga, peringatan 1000 hari wafatnya kakak ipar, saya manfaatkan juga untuk ngobrol sepintas dengan orang-orang yang sempat saya temui seperti sopir taksi, para pemilik PKL, teman-teman dan kenalan di kota tsb, para tetangga yang hadir dalam acara tahlilan, dll. Saya ingin tahu bagaimana pandangan mereka tentang pencalonan putra Presiden Jokowi (PJ), Gibran Rakabuming Raka (GR) dalam Pemilihan Walikota Solo tahun depan.
Nyaris semua orang yang sempat saya tanya tentang pencalonan GR mengatakan bahwa PDIP kemungkinan besar akan menyetujui sang putra Presiden itu. Bagaimana dengan Pak Ahmad Purnomo (AP), Wakil Walikota Solo, yang sangat kuat dukungannya dan notabene kader PDIP juga? Bisa saja beliau akan menerima keputusan partai, atau akan menjadi cawalkot dari gabungan parpol lain.
Lantas bagaimana kans GR dalam Pilkada nanti? Di sinilah pandangan mereka yang saya ajak ngobrol tsb. terpecah. Ada yang sangat optimis putra PJ itu akan menjadi Walikota baru, tapi ada juga yang meragukan dan bahkan ada yang mengatakan tidak mungkin. Ada berbagai alasan yang dikemukakan kepada saya.
Bagi yang optimis GR menang, alasannya selain karena dukungan yg kuat dr aspek politik dan logistik, juga karena usia muda akan menjadi faktor daya tarik (appeal) bagi millenial di kota Bengawan untuk memilihnya. Loyalitas pemilih PDIP kepada calon partai di Solo diketahui sangat tinggi. Apalagi jika logistik GR tentunya juga sangat kuat juga diperhitungkan.
Mereka yang meragukan atau tidak mungkin terjadi kemenangan GR, menggunakan alasan bahwa putra PJ masih kurang pengalaman dan usia muda juga malah menjadi kendala. Mereka juga menolak tesis loyalitas kepada partai sebagai faktor. Sebab mungkin saja para pendukung PDIP juga bisa terpecah jika misalnya Pak AP maju. Belum lagi para pendukung parpol Islam seperti PKS dan PAN, walaupun kecil, juga tak akan memilih GR.
Yang juga menarik adalah adanya argumen yang menekankan soal etika terkait pencalonan GR ini. Yaitu soal tudingan "aji mumpung" dan kekhawatiran munculnya "politik dinasti" dari publik. Beberapa orang yg saya ajak ngobrol menyayangkan jika tudingan tersebut nanti digunakan dalam kampanye. Sebab benar atau tidak, implikasinya kurang baik bagi PJ yg selama ini dikenal sebagai pemimpin yang memiliki integritas tinggi dan jujur.
Walhasil, pandangan sebagian masyarakat Solo masih cair dan berarti GR serta PDIP tak bisa menganggap remeh dinamika pilwakot 2020 tsb. Bisa saja GR akan bisa melenggang untuk menjadi calon partai, tetapi ketika partai memerlukan kekompakan dalam pemilihan, justru akan menemui kesulitan.
Namun suasana politik di kota Bengawan ini masih adem tak seperti ramainya berita di media dan medsos terkait dengan pencalonan GR. Dan yang jelas dukungan terhadap PJ tetap solid terlepas dari apakah mereka setuju atau tidak dengan pencalonan GR sebagai kandidat Walikota lada 2020 nanti.
Simak tautan ini:
0 comments:
Post a Comment