Kala hari dua likur bulan ke lima
Kerusuhan melanda ibukota
Dipicu nafsu ingin jadi jawara
Dalam pilihan menjadi Kepala Negara
Ribuan manusia berbekal amarah
Di kantong baju, kantong celana, dalam terompah
Disemangati hasutan bertubi dan sumpah serapah
Tak lupa, ditingkah dengan menyebut asma Allah
Retorika pun sudah hapal di luar kepala
Telepon genggam ikut mengulang tanpa jeda
"Kecurangan"! "Pembunuhan!" dan "Rekayasa!"
Meski tanpa sekeratpun bukti dan fakta
Para Sengkuni tak putus memprovokasi:
"Kekuatan kedaulatan rakyat harus beraksi!"
Hukum tak lagi perlu diambil peduli
Hanya "rebut dan kuasai"!
Para politisi menyemburkan janji-janji
Para intelektual siap menyuplai legitimasi
Para Jenderal berseru menyemangati
Para oligarch berganti-ganti mendanai
Para pendukung berkumpul di bawah panas mentari
Ramadhan tak kuasa menghentikan agitasi
Kerna demonstrasi adalah jihad atas nama Ilahi
Melawan kekuasaan zalim Presiden Jokowi
Melihat aksi berlangsung damai
Para Sengkuni jadi gundah hati
Dilepaskannya para perusuh menyerbu Polisi
Merusak damai, menciptakan anarki
Ramadhan tak lagi suci
Ternodai ambisi pribadi
Demokrasi hanya imitasi
Keberagamaan hanya ironi
Ya Allah,
Negeri ini memerlukan penyembuhan
Bukan pembiaran dan ketakpedulian
Selamatkan kami Ya Tuhan
Dari ambisi dan keserakahan
(Pamulang, 21 Ramadhan 1440H)
0 comments:
Post a Comment