Fanda Setiawan (FS), seorang YouTuber milenial yang punya kemampuan ciamik dalam urusan video dan medsos, menggunakan pendekatan lembut (soft approach) dalam menghadapi penyebaran ujaran dan pesan kebencian. Dalam video yang saya tautkan ini, FS melakukan narasi kontra (counter narrative) terkait perayaan Imlek dan Cap Go Meh, yang sempat ditolak oleh sebagian kelompok dengan tudingan akan menyebabkan iman ummat Islam berubah atau terganggu dll.
Melalui tayangan video yang merekam perayaan Cap Go Meh di Bogor, FS mampu mendekonstruksi narasi kebencian yg sempat menjadi berita itu. Mendekonstruksi berarti membongkar kepalsuan narasi dan membangun narasi baru yang lebih positif dan valid karena berdasarkan fakta-fakta yg ada. Melalui video ini, Cap Go Meh, bukan saja TIDAK berpretensi merubah keyakinan atau keimanan orang lain, khususnya ummat Islam, tetapi sebaliknya: Perayaan tradisional kalanga Tionghoa ini justru mampu menjadi salah satu jembatan bagi komunikasi lintas kelompok, lintas-umat beragama, dan lintas-budaya.
Narasi negatif dan destruktif dari para pengujar kebencian dapat ditolak dengan cara yang menggembirakan serta partisipatif oleh FS. Inilah yang seharusnya diperbanyak oleh masyarakat sipil dengan memakai berbagai sumber yang melimpah dalam budaya kita. Cap Go Meh, bukan saja layak dirayakan oleh pendukung budaya Tionghoa, tapi juga oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Bhineka Tunggal Ika.
Bravo mas Fanda! Semoga video seperti ini semakin banyak anda hasilkan.
Simak video ini:
0 comments:
Post a Comment