Hemat saya, pidato kebangsaan capres 02, Prabowo Subianto (PS), tadi malam, cukup konsisten dengan apa yang selama ini menjadi "trade mark" kampanye beliau, yaitu kritis, lugas, dan menohok lawan. Model kampanye seperti itu tentu sangat menarik (appealing) bagi basis massa pendukung beliau, baik dari partainya sendiri (Gerindra) maupun dari luar.
Kampanye model seperti ini lebih berfungsi sebagai alat meyakinkan dan memperkuat dukungan dari basis massa, namun rada susah untuk menarik pemilih yang masih belum menentukan pilihan (swing voters), apalagi mengambil dari pendukung lawan. Kampanye Donald Trump pada Pilpres 2016 di AS adalah contoh dari jenis ini. Daya tarik bagi basis massa pendukung Trump dari kalangan ultra konservatif Republikan dan kalangan pemilih kulit putih nonpartisan sangat besar. Namun sulit untuk menarik swing voters apalagi pendukung partai Demokrat serta pemilih kulit hitam, Hispanik, dan Asia.
Perkiraan saya, PS menggunakan kesempatan pidato tsb terutama sebagi pemanasan (warming up) menghadapi acara debat capres pertama dan kampanye massa ke depan. Karenanya beliau memilih gaya bicara meledak-ledak dan menunjukkan beda antara beliau sabagai oenantang dengan petahana. Strategi menampilkan kontras itu penting bagi PS, karena hanya dengan membuat perbedaan yang menonjol maka alternatif bisa dikemukakan, ditawarkan, dan dipilih. Tambahan pula posisi PJ sebagai petahana juga didukung oleh hasil survei yang secara konsisten menunjukkan elektabikitas yg lebih tinggi. Tanpa ada pembeda yang kuat, maka PS-SU akan lemah daya tawarnya di mata pemilih.
Pidato PS semalam, dengan demikian, belum atau tidak mampu menampilkan kejelasan dalam bagian strategi dan program kongkrit untuk melaksanakan missi dan mencapai visi yang digariskannya. Missi reorientasi pembangunan dan tatakelola pemerintahan, misalnya, masih merupakan daftar keinginan, dan masih perlu elaborasi program. Ini yg perlu diisi dalam debat oleh PS dan Sandi Uno.
Karena targetPS terbatas kepada bagaimana menunjukkan perbedaan, kontras, dan posisi serta alternatif sebagai capres, maka masalah akurasi faktual menjadi terabaikan dan, bahkan akan berpotensi menjadi bahan kontroversi. Beberapa data yang dikemukakan PS dlm pidato pada hemat saya masih perlu dicek akurasinya, misalnya soal kebangkrutan BUMN, ketersediaan beras, hutang pemerintah, dan kemiskinan akut. Bahkan akurasi soal tahun berapa Thucydides hidup pun menurut saya tidak akurat. PS bilang filsuf dan sejarawan Yunani kuno itu hidup 50 th sebelum Masehi, padahal menurut sejarah beliau hidup pada abad ke 4 dan ke 5 sebelum Masehi!
Jadi selain memperkuat soliditas dari basis pendukung paslon no 02, pidato PS sejatinya masih belum substantif sebagai platform dan program kongkrit capres yang ditawarkan kepada rakyat. Slogan "Indonesia Menang" , "Reorientasi Pembangunan", bahkan "Berdikari", dll masih hanya terbatas pada slogan. PS dan Sandi serta para timsesnya perlu mengelaborasi lebih detil utk menghadapi debat dan kampanye ke depan. Sebab petahana akan dengan mudah menjawab tudingan2 PS dengan berbagai fakta hasil kerja selama 4 tahun terakhir, kendati mungkin masih belum tercapai secara optimal.
Simak tautan video ini:
https://www.youtube.com/watch?v=8ouLixXj8Eo&t=4503s
Simak tautan video ini:
https://www.youtube.com/watch?v=8ouLixXj8Eo&t=4503s
0 comments:
Post a Comment