Maraknya INTOLERANSI & RADIKALISASI dlm masy kita, bisa jadi adalah refleksi PSIKOLOGI SOSIAL di negeri ini yang sedang mengalami krisis akibat dinamika perubahan struktural dan sistemik. Akibat krisis tsb antara lain adalah maraknya perasaan tak aman & ketakutan, serta ketakpastian yang semakin besar di seluruh level masyarakat.
Perasaan tak aman atau kecemasan sosial dapat dilihat dari makin berkembangnya wacana anti asing, anti liyan, kekerasan terhadap minoritas, ancaman terorisme, slogan-slogan populisme, dll. Menguatnya ketidakpastian dapat dilihat pada wacana terkait pengangguran kaum terdidik, hutang pemerintah, melemahnya nilai rupiah, ketimpangan dan kemiskinan yang tak kunjung menurun, dsb.
Akibatnya, sebagian anggt masyarakat Indonesia (yg prosentasinya makin besar) mendambakan munculnya solusi "cepat" walaupun akan berlawanan dengan norma dan nilai dasar demokrasi. Misalnya munculnya pemimpin yg tegas walaupun kejam dan mengabaikan HAM; sistem hukum yg memberi kepastian wlpn tak adil; politik berbasis identitas kelompok walaupun diskriminatif; dan keteraturan serta ketenangan dlm masyarakat walaupun hanya semu belaka.
Indikator-indikator dan fakta sosial politik di atas sejatinya bukanlah monopoli masyarakat Indonesia saja, tetapi bahkan di negara maju seperti AS. Menurut para pakar politik, keberadaan tren ini menjadi basis untuk menengarai sedang dan akan kembalinya otoritarianisme pada basis sosial yang akan mengancam demokrasi.
Indonesia, yang belum terlalu tuntas mereformasi basis sosial otoriterisme selama dua dasawarsa terakhir ini, tentunya sangat rentan. Godaan utk kembali kepada rezim otoriter demi sebuah solusi politik instan, akan makin besar apabila krisis psikologi sosial tak terkendalikan.
0 comments:
Post a Comment