Ekspressi protes melalui unjuk rasa karena adanya ketersinggungan sebagian rakyat Boyolali bisa dipahami. Namun perlu juga ada proporsionalitas. Misalnya kalimat dalam spanduk demo sebagaiman yang saya tautkan di bawah ini tak perlu ada. Saya mendapatkannya dr kiriman WA dan soal otentisitasnya, saya tidak tahu.
Jika foto spanduk itu otentik adanya, saya jadi ingat bagaimana kalimat2 yg bernada menghujat thd pribadi Ahok pada demo berjilid2 th 2016 dulu dibuat dan disebarkan. Cara itu telah menciptakan kesan bahwa identitas dan kebencian dianggap sebagai cara yg absah dan normal. Padahal ia bisa memecah belah kerukunan bangsa yg bhineka.
Prabowo Subianto (PS), menurut hemat saya, tidak punya niat melakukan pelecehan dan/atau penghinaan dalam pidatonya di Boyolali. Alasan saya sederhana: logikanya, tak mungkin kegiatan temu publik yg dimaksudkan utk mobilisasi dukungan dan suara utk Pilpres diisi dengan pelecehan audiens yg jadi targetnya. Secara pribadi, saya melihat konteksnya adalah PS membuat anekdot dan humor.
Saya lebih cenderung melihat munculnya ketersinggungan dan juga unjuk rasa ini sebagai salah satu akibat dari kesalahpahaman (misunderstanding) dan misinterpretasi dalam komunikasi publik. Solusinya adalah klarifikasi dan permintaan maaf bila dianggap perlu. Saya kira ketersinggungan dan kekecewaan tak perlu "digeber" seperti statemen dalam spanduk tsb. IMHO.
Simak tautan ini:
0 comments:
Post a Comment