Dialog tadi malam (2/05/2018) di CNN TV membahas dua topik: 1) Upaya Presiden Jokowi (PJ) melakukan komunikasi politik dengan pihak alumni 212; dan 2) Ultimatum PKS kepada Gerindra terkait dengan Cawapres Prabowo Subianto (PS). Saya bersama Waketum DPP Gerindra, Arief Poyuwono (AP) dan dipandu oleh mas Budi Adiputro dari CNN TV.
Sebagaimana kita ketahui PJ telah mengadakan pertemuan dengan beberapa tokoh Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) di Istana Bogor beberapa waktu lalu yang menjadi trend topic dalam perpolitikan Indonesia. Apakah ini merupakan usaha PJ merebut sebagian "kue" dalam kelompok Islam utk kepentingan Pilpres 2019? Apakah akan terjadi kompromi politik antara PJ dengan PA 212? Bagaimana dengan kubu PS yang selama ini dikenal dekat dengan kelompok Islam politik tersebut?
Hemat saya pertemuan itu sebagai wujud manuver politik dari berbagai pihak, dan bukan perebutan kue. PJ yang memiliki kebiasaan melakukan politik akomodasi, berusaha merangkul PA 212 kendati beliau sudah sering berkomunikasi dengan kelompok2 Islam moderat dan memiliki massa yang besarseperti NU dan Muhammadiyah, Persis, Al-Washliyah dll. PA 212 memiliki kepentingan mengupayakan agar pemimpin mereka, Habib Rizieq Shihan (HRS) bisa kembali ke tanah air tanpa dibebani masalah hukum.
Jika PJ berkompromi dg PA 212, tentu akan berdampak serius bagi beliau karena akan membuat para pendukungnya menganggap tak konsisten. Sikap PJ pasca-pertemuan yang menyatakan bahwa beliau tidak akan mencampuri proses hukum bisa ditafsirkan bahwa untuk sementara kompromi tersebut tidak akan diambil sebagai opsi. Menurut AP, kompromi tsb juga tidak akan dilakukan PJ dan PA 212 juga tidak akan meninggalkan Gerindra dan PKS. Walhasil, pertemuan Bogor tsb tak membuahkan hasil positif bagi kedua pihak.
Terkait dengan ultimatum PKS terhadap Gerindra tentang cawapres PS, saya melihat bhw PS dan partainya masih memiliki opsi lain. Karenanya ultimatum PKS itu bisa dipahami sebagai keinginan atau peringatan bahwa koalisi yg mereka buat bersama harus melahirkan keputusan politik yang kongkrit dan segera. Gerindra memang tidak dalam posisi ideal saat ini karena opsi memilh cawapres dari luar PKS juga masih ada, misalnya dari kalangan nahdliyyin. Sedang PKS juga masih bicara tentang opsi Poros Ketiga dalam Pilpres 2019. Itu sebabnya ultimatum PKS juag tidak akan mudah bisa diwujudkan tetapi tak bisa diabaikan juga oleh Gerindra.
Silakan menyimak dan memberi komentar. Trims (MASH)
https://www.youtube.com/watch?v=xbuBumaWDOA&feature=youtu.be
0 comments:
Post a Comment