Menyimak video tayangan pidato mantan Ketua MPR RI, Amine Rais (AR) di forum Konggres Nasional Alumni 212 (KNA 212), ada beberapa hal yang penting utk kita cermati:
1. AR menggunakan narasi politik yang secara terang benderang memperhadapkan Pemerintah PJ dengan ummat Islam, khusunya pihak yg berada atau mendukung serta bersimpati kepada perjuangan Alumni Aksi 212.
2. PJ digambarkan sebagai pihak yang kini sedang berusaha nelakukan politik devide et impera alias pecah belah, khususnya terhadap ummat Islam.
3. AR mengingatkan Pemerintah PJ agar tidak melakukan politik pecah belah dan juga menjadi representasi dari pihak yang mengontrolnya. Yang terakhir ini disebut dg istilah "Dajjal politik, Dajjal ekonomi", dll.
4. Alumni 212 akan menjadi bagian penting dalam perjuangan ummat Islam Indonesia, sehingga harus mampu melakukan kerja jangka panjang.
5. Perjuangan Alumni 212 harus disosialisasikan di Indonesia tetapijuga pada tataran internasional, termasuk ke negara2 yang anti Islam maupun negara2 di Timur Tengah.
Hemat saya, implikasi pidato tsb adalah antara lain:
1. Menjadi indikator posisi AR yg semakin kuat dalam kepemimpinan gerakan Islam politik, pasca-absennya Hb. Rizieq Shihab.
2. Aspirasi Islam populis akan dijadikan tawaran alternatif dalam politik untuk menandingi atau menantang kebijakan publik Pemerintah PJ selama ini dan ke depan.
3. Slogan "PJ vs Ummat Islam" bisa jadi akan digunakan secara masif, sistematis, dan terstruktur dalam masa kampanye Pilpres 2019. Kendati belum jelas siapa capres-cawapres yg akan didukung Alumni 212, tetapi sangat jelas tidak akan seruju dg platform PJ.
4. Kelompok Alumni 212 bisa saja menggalang kerjasana dg kelompok2 yabg memiliki aspirasi "populis pribumi" dlm persaingannya dg PJ, baik pada tataran elektoral (parpol, Parlemen, Penerintah) maupunbtataran masyarakat sipil.
Alumni 212 di bawah pimpinan AR dan tokoh2 Islam politik akan berupaya keras semakin memperluas wilayah pengaruhnya baik melalui aksi2 massa maupun propaganda politik seperti di Jakarta itu di seluruh Indonesia. Khususnya di daerah2 yang potensial utk dipengaruhi oleh isu-isu SARA, kesenjangan dan ketimpangan ekonomi, ketertinggalan dan kemiskinan akut.
Akankah Alumni 212 berhasil mereplikasi kemenangan pada Pilkada 2017 di DKI utk Pilpres 2019? Potensi penggunaan strategi politik devide et impera melalui isu SARA, hemat saya, masih TERBATAS efektifitasnya. Namun demikian ia tidak bisa diremehkan atau dibiarkan. Demokrasi Konstitusional di negeri ini sangat rentan thd sektarianisme. Ia akan membuka peluang bagi kekuatan otoriter utk kembali berkuasa dengan mengatasnamakan persatuan, kesatuan, stabilitas, dan keamanan nasional.
Dinamika politik jelang 2019 akan sangat ditentukan oleh kemampuan Pemerintah PJ menyikapi secara cerdas dan efektif perkembangan kekuatan Islam politik yg semakin assertif.
Simak tautan ini:
https://www.facebook.com/mashikam/videos/10211042119912670/
1.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20171201125458-32-259453/bau-politik-pidato-amien-rais-di-panggung-212
2.
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20171130222453-20-259403/amien-rais-mas-jokowi-jangan-asyik-memecah-belah-umat-islam/
3. https://m.cnnindonesia.com/nasional/20171202075928-20-259614/alumni-212-sebut-pemerintahan-jokowi-kian-gigit-umat-islam
4. https://m.cnnindonesia.com/nasional/20171202080637-20-259615/rizieq-dorong-konsep-nkri-bersyariah-di-reuni-alumni-
0 comments:
Post a Comment