Oleh Muhammad AS Hikam
"Mengakui perbedaan dan memeliharanya TIDAK membuat orang atau bangsa menjadi LEMAH. Sikap LAPANG DADA menerima PERBEDAAN..., justru membuktikan kita adalah sosok atau bangsa yang KUAT." ( Alm GUS DUR).
Tema acara peringatan HAUL Almaghfurlah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang kami selenggarakan tahun ini (24 Desember 2017) adalah: "Toleransi dalam NKRI." Sengaja kami memilihnya karena konteks Indonesia saat ini yang sedang menghadapi krisis kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yg disebabkan, antara lain, oleh maraknya INTOLERANSI , khususnya yg bersumber dari primordialisme dan sektarianisme.
GD adalah tokoh dan pemimpin bangsa Indonesia yang memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah intoleransi tsb seperti yang tercermin dalam kutipan kata-kata hikmah di atas. Begitu tinggi kepedulian tsb. sehingga bangsa kita mengenal beliau sebagai tokoh pluralisme, HAM, anti- kekerasan, dan, tentu saja, DEMOKRASI.
Kehidupan beliau adalah rangkaian perjuangan tak pernah henti untuk meraih kemajuan dan keberadaban bangsa dan NKRI. Salah satunya adlh berjuang agar bangsa besar ini tetap berpijak pada landasan khittahnya sebagi bangsa yg majemuk, toleran, berbudaya, dan menjadi salah satu contoh bangsa yg berhasil dinsegala bidang.
Toleransi menjadi begitu pentibg bagi beliau, karena nilai itulah yg pada hakikatnya membuat para pendiri bangsa kita berhasil merebut kemerdekaan dr penjajah dan membentuk negara-bangsa. Tanpa landasan nilai toleransi tsb mustahil bangsa yg terdiri atas ribuan suku dan bahasa, berbagai ras dan agama serta kepercayaan, ribuan pulau dan tradisi budaya, dapat disatukan oleh pendiri bangsa. Toleransi adalah landasan nilai paling kokoh bagi suatu bangunan kebangsaan seperti Indonesia.
Dewasa ini, NKRI dan bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan eksistensialnya karena nilai toleransi digerogoti oleh virus kanker berupa sektarianisme dan primordialisme, diperkuat oleh ideologi radikal dan gerakan kekerasan dibungkus dengan politik populis. Penyakit tsb dibawa dan disebarkan bukan hanya dari dalam tetapi juga dari luar negeri sebagai akibat dr perubahan lingkungan global dan regional pasca Perang Dingin.
Para penyebar virus intoleransi mendapatkan dukungan dr dalam batang tubuh bangsa yg sedang lemah karena Pemerintah yg abai dan masyarakat sipil yg kehilangan ruh kebangsaan. Itulah sebabnya era pasca reformasi menyaksikan maraknya ideologi & gerakan radikal seperti HTI dan lainnya. Dan jika virus tsb tak segera di cegah, maka nasib NKRI akan mengulangi nasib di negara2 Balkan dan Timteng yg berantakan karena konflik sektarian.
Kita harus mencegah bahaya tsb. Salah satunya adlh dengan mengembalikan dan menperkuat nilai toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Alm. GD adlh pemimpin dan sosok pribadi yg merefleksikan nilai toleransi. Kita harus selalu mengikuti, mengemvangkan dan memertahankan apa yg sudah beliau ajarkan. Insya Allah Indonesia akan selalu tegak dan kuat selama lamanya. Amin..
Pamulang 24 Desember 2017.
0 comments:
Post a Comment