Menurut survei Kompas yg terakhir tentang kepercayaan publik terhadap PJ, ada peningkatan yang cukup signifikan: 65,1% pd 2015, 63, 1% pd 2016, dan 70, 6% pada 2017. Secara kuantitatif, hal ini patut dibanggakan dan bisa menjadi modal sangat penting bagi Pilpres 2019.
Tentu saja dalam politik bukan hanya hitung-2an kuantitatif yang perlu diperhatikan. Politik juga sangat dipengaruhi oleh variable-2 yang tak bisa dikuantifikasi. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana Gub DKI, Ahok, yg dianggap publik DKI sudah melakukan kinerja dengan baik dan dipercaya, tetapi beliau tak berhasil dalam Pilkada 2017. Salah satu variable yg ikut menentukan kegafalan beliau adalah masalah sentimen primordial yg berhasil digunakan lawan2 beliau untuk memenangkan dukungan pemilih di ibukota.
Karenanya, kendati modal PJ cukup bagus secara kuantitatif tetapi tetap harus disikapi secara hati2 dan low profile, terutama pada 2 tahun yang akan datang. Sangar penting bagi parpol dan kelompok-2 kepentingan serta warganegara yg mendukung beliau untuk dipilih kembali untuk tidak bersikap complacent alias berpuas diri dg hasil survei ini.
Lebih bagus jika mereka mengikuti sikap low profile PJ yg ditampilkannya ketika beliau diwawancara terkait capaian-2 pemerintahannya selama lima tahun. PJ bersikap optimis dan firm, tetapi sekaligus hati2 (cautious) serta terbuka mengakui berbagai tantangan dan kendala yg dihadapi saat in dan masa datang. Inilah yg juga mestinya diikuti oleh parpol pendukung beliau dan juga para timses dan semua pihak yang akan mengusung PJ.
Saat ini dan dua tahun ke depan, secara dinamika politik dalam lingkungan strategis global, regional, dan nasional masih tetap berstatus "volatile". Indonesia sangat memerlukan kepemimpinan nasional yang punya keberanian mengambil sikap firm, lugas, tetapi juga berhati-hati, tidak eksplosif. Khususnya dalam menghadapi kekuatan2 di dalam negeri yang memiliki aspirasi politik ekonomi berbeda dan berusaha menawarkan alternatif bagi Indonesia, namun belum jelas apakah akan bermanfaat atau sebaliknya.
Aspirasi- aspirasi tsb adalah: populisme indigenous (pribumi); populisme agama (Islam); dan kekuatan militer yang masih belum menerima sepenuhnya demokrasi konstitusional; serta kepentingan pemodal oligarki yang menginginkan kembalinya sistem politik-ekonomi patron client. Aspirasi-aspirasi tsb memiliki legitimasi ideologis yang cukup kuat baik di dalam masyarakat sipil maupun masyarakat politik karena bisa menggunakan payung Konstitusionalisme dan Pancasila sebagai dasar Negara juga.
Kendati aspirasi-aspirasi ini belum mengkrisral menjadi kekuatan politik riil yang satu, utuh, dan di bawah satu kepemimpinan pada tataran nasional, tetapi tetap perlu dicermati dan diperhitungkan keberadaan dan prospeknya pada 2019. Secara sendiri- sendiri dan dalam kasus kasus tertentu, mereka telah berhasil melakukan konsolidasi dan mobilisasi kekuatan politik riil dalam berbagai bentuk. Misalnya maraknya penyebaran visi primordialisme, sektarianisme, dan aksi-aksi massa di berbagai daerah. Kesuksesan dalam Pilkada DKI 2017, lagi-lagi menjadi petunjuk kuat bahwa aspirasi-2 tsb nyata dan berpengaruh.
Kontestasi Pilpres 2019 adalah salah satu penentu utama bagaimana Indonesia akan mampu atau tidak melanjutkan kiprahnya mencapai kemajuan dalam lingstra global dan regional yg masih volatile tsb. Berbagai potensi positif seperti bonus demografis, pasar bersama ASEAN, kepeloporan dan peran Islam moderat dalam sistem demokrasi, dll hanya akan menjadi AKTUAL jika Pilpres 2019 menghasilkan sebuah kepemimpinan nasional yang tepat dan kompatibel.
Sebaliknya jika Pilpres 2019 menghasilkan kepemimpinan yang lemah dan tak mampu menghadapi volatilitas lingstra global dan regional, maka Indonesia bisa saja bukan hanya stagnan tetapi akan mengalami kemunduran. Kegaduhan politik dan stagnasi ekonomi bisa saja akan kian menguat dan Indonesia akan semakin tertinggal dalam percaturan regional di kawasan Indo Pasifik. Sebuah prospek yang tak kita inginkan terjadi, bukan?
SImak tautan ini:
1. https://youtu.be/fPyilmw4_RE
2. https://kumparan.com/kesadaran-adalah-matahari/tiga-tahun-jokowi-jk-memimpin-seperti-apa-perkembangan-indonesia
3. http://nasional.kompas.com/read/2017/10/20/12465231/tiga-tahun-jokowi-jk-gerindra-beri-rapor-merah-bidang-demokrasi
4. http://www.mediaindonesia.com/news/read/126217/tiga-tahun-jokowi/2017-10-09
0 comments:
Post a Comment