Acara di CNN TV semalam (Minggu 17 September 2017), sejatinya, memperbincangkan dua topik: 1. Isu bangkitnya komunisme; dan 2. Pertarungan babak selanjutnya antara DPR vs KPK. Saya bersama dua orang narsum lain, mas Wahyu Muryadi (WM) dari Tempo, dan mas Agus Noor (AN), salah satu seniman teater dan penyair kondang Indonesia saat ini. Dalam tulisan ini saya hanya fokus pada poin yang pertama saja.
Bagian pertama memfokuskan kepada maraknya isu bengkitnya komunisme dan upaya-upaya, baik dari aparat negara maupun organisasi dalam masyarakat sipil Indonesia, untuk menyikapinya. Pihak-pihak yang sangat khawatir kembalinya komunisme (PKI) menggelar berbagai aksi maupun kegiatan yang bernuansa politik. Terakhir, misalnya, pembubaran diskusi di LBH yang bertema pelurusan sejarah G/30/S, dengan dalih tak ada izin dari Polri. Diskusi tsb juga konon di "kepung" oleh para endemo dr ormas-ormas tertentu yang menuding acara tsb bermaksud membela komunisme dan PKI.
Kekhawatiran akan bangkitnya komunis juga mendorong TNI-AD untuk menginstruksikan jajaran teritorialnya agar menggelar aar nobar film "Penghianatan PKI 1965" di seluruh Indonesia, dengan maksud agar rakyat tidak melupakan sejarah kelam yang terjadi pada tahun 1965 tsb. Sebelumnya, berbagai kasus pelaporan terhadap pihak-pihak yang diduga menyebarkan paham komunis juga dilakukan, termasuk penyebaran lambang-2 Palu Arit melalui media sosial, meme, poster, dll.
Dalam perbincangan ini berbagai tawaran penafsiran diajukan, Saya lebih melihatnya sebagai komoditas politik dan juga gejala terjadinya kemunduran dalam menyikapi kondisi politik oleh elit kita yang, pada gilirannya, dimanfaatkan utk memobilisasi dukungan. WM melihat isu ini sebagai gejala kebingungan & kerancuan dalam memahami komunisme atau PKI yang sejatinya sudah lenyap. AN menggunakan metafor "kekir jalan terus", utk mengritik kondisi kegalauan yang ada di seputar isu ini. Menurut seniman ini, maraknya isu komunisme di negeri ini adalah potret dari kian menghilangnya ruang publik untuk berbicara bebas. Sehingga menciptakan berbagai upaya pemaksaan tafsir tertentu, termasuk masalah PKI atau komunisme.
Hemat saya, menyikapi masalah ideologi komunisme dan kekhawatiran akan bangkitnya kembali di Indonesia, perlu proporsional dengan memakai perspektif-2 yang berbeda. Komunisme dalam lingstra global, regional, dan nasional, secara kasatmata sudah tinggal sejarah saja. Bahkan negara-2 yang dsebut sebagai negara komunispun sudah berubah total sebagai pemain dalam sistem kapitalisme global. Ini tak berarti menafikan munculnya upaya membangkitak ideologi dan gerakan komunis, karena ideologi memang tak pernah mati. Namun jika respon berlebihan, bisa jadi malah kontraproduktif dan bahkan "backfired". Dan yg lebih penting lagi, isu bangkitnya komunis ini sejatinya sangat berat kepada komodifikasi politik yang digunakan oleh sementara kelompok kepntingan dalam perebutan pengaruh jelang Pemilu 2019.
Selanjutnya, silakan anda menyimak video di bawah ini dan mengomentarinya.
https://www.youtube.com/watch?v=armfuyJLn5o
https://www.youtube.com/watch?v=armfuyJLn5o
0 comments:
Post a Comment