"Politik adalah kerja yang mulia. Kita seharusnya melakukan penilaian ulang terhadapnya dan mempraktikkannya dengan rasa keterpanggilan dan dedikasi yang menuntut kesaksian, kesediaan berkorban; (termasuk) mengorbankan nyawa demi kebaikan umum." (Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma, Sri Paus Fransiskus)
Bagi sebagian orang, politik adalah kerja atau kiprah yang penuh dengan kekotoran karena sarat dengan praktik-praktik hipokrit, fitnah, korupsi, saling menikam dari belakang, dan pengutamaan kepentingan melebihi moralitas. Politik dan politisi sebagai pelakunya juga dianggap paling bertanggungjawab terhadap segala macam konflik, kekacauan, dan kehancuran dalam masyarakat, bangsa, negara, dan bahkan tatanan dunia. Minimal, politik dianggap sebagai "kejahatan yang niscaya adanya" (a necessary evil), karena kenyataannya memang akan tetap ada, baik kita suka atau tidak, di dalam kehidupan manusia.
Pandangan negatif terhadap politik itu tak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Sebab fakta sejarah manusia juga menunjukkan bahwa kirpah politik bisa juga menghasilkan berbagai manfaat yang besar bagi kemanusiaan dalam konteks tertentu. Politik bisa membebaskan manusia dari penindasan rezim-rezim tiran; membuka kesempatan bagi perlindungan hak-hak dasar manusia; mendukung kebijakan-2 publik yang bermanfaat; melahirkan dan mengembangkan para pemimpin dan negarawan; dan membantu mengerem kelompok kepentingan yang serakah dan haus darah, dsb.
Persoalannya adalah bagaimana kita mereduksi atau makin mengurangi elemen negatif dari kiprah politik dan mengembangkan, memperkuat serta memertahankan elemn positifnya. Tugas kita adalah melakukan evaluasi terus menerus secara kritis, dan mendorong pelaksanaan politik yang berbasis pada moralitas dan abertujuan membela kepentingan dan kebaikan umum: baik pada level komuitas, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan semesta. Dengan cara ini, kendati kiprah politik mungkin tak akan bisa sepenuhnya bersih dari kekotoran dan kecenderungan-2 negatif, tetapi akan selalu diupayakan utk tetap berada pada rel yang sesuai dengan keadaban dan tujuan yang positif.
Memang perjuangan tersebut memerlukan keterlibatan semua pihak dan juga kesediaan pengorbanan yang tak kecil. Terutama di era sekarang yang diwarnai oleh "politik pasca-kebenaran" (post-truth politics), sinisisme terhadap politik akan sangat tinggi dan menggoda orang untuk cuek dan bahkan mengabaikannya. Hemat saya, mengabaikan politik, walaupun dengan niat baik, tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan bisa membahayakan tata kehidupan manusia. Sebab, politik akan selalu berada bersama kita selama manusia ada. Bahkan, ironisnya, menolak politik sejatinya adalah sebuah gagasan dan sikap politik juga.
Keterlibatan dalam politik tidak berarti harus masuk dalam parpol atau organisasi formal. Keterlibatan individual dan kelompok di luar lembaga politik resmi, dalam berbagai bentuknya juga sah-sah saja. Yang penting, sebagai warganegara yang bertanggungjawab, kita berusaha menjadikan kirpah politik lebih bermanfaat, lebih berdaya guna, dan lebih bermartabat. Soal kelembagaan atau tidak, itu tergantung pilihan kita. Politik itu TERLALU PENTING DAN TERLALU BERHARGA untuk hanya diserahkan kepada para politisi dan parpol doang!
0 comments:
Post a Comment