"Pendapat yg mengatakan bahwa pendidikan akan dengan sendirinya menghilangkan bigotry, secara faktual tidak benar," (Reza Aslan, pakar ilmu perbandingan agama dari AS asal Iran)
Istilah "bigotry" adalh suatu cara berfikir, bersikap, dan berperilaku intoleran, sempit dan membenci kepercayaan/keyakinan atau pihak yang memiliki kepercayaan/keyakinan berbeda. Orang yang memiliki sikap demikian disebut "bigot." Dari sikap bigotry inilah muncul pikiran dan sikap "phobia" (ketakutan berlebihan) terhadap pikiran/keyakinan liyan, termasuk tetapi tak terbatas, terhadap orang/budaya asing (xenophobia), thd agama /ummat Islam (Islamophobia), thd agama/ ummat Kristiani (Christophobia), dan keyakinan/ummat-2 lain.
Bigotry bisa menjadi bagian dari sebuah ideologi politik yang mewujud pada ekspressi-2 eksklusifisme, fanatisisme, diskrimasi, kebencian, thd liyan. Karenanya bigotry sangat berbahaya bagi kehidupan dan peradaban manusia, namun ia juga selalu muncul dalam berbagai fenomena hubungan sosial sepanjang sejarah bangsa-2 dan peradaban manusia. Dan bigotry merupakan salah satu dari elemen-2 paling utama yang menjadi penyebab kehancuran peradaban serta kemanusiaan. Sebab intoleransi, kebencian, dan ketakutan berlebihan thd liyan tidak mungkin menciptakan harmoni dan solidaritas dlm kehidupan manusia.
Bigotry bisa dan harus dicegah utk tumbuh dan berkembang melalui pendidikan yg mencerahkan (enlightening). Pendidikan yg mencerahkan berarti memupuk daya berfikir dan berbudi, bukan sekedar pendidikan yg berorientasi pada akumulasi pengetahuan belaka. Itu sebabnya mereka yg berpenfifikan formal yg tinggi belum tentu tidak menjadi para bigot. Fakta yg kita saksikan adalah justru kekuatan dan gerakan yg bernuansa bigottry di seluruh dunia disponsori dan, dipimpin, dan didukung oleh orang-2 berpendidikan tinggi. Pendidikan yg bisa membendung para bigot dan sikap bigotry hanyalah pendidikan yg memberikan pencerahan akal budi.
0 comments:
Post a Comment