"Acapkali kita menginginkan sesuatu tetapi berdoa utk yang lain. Kita bahkan tidak mau berkata jujur kepada Tuhan."
(Seneca, filsuf terkemuka zaman Romawi kuno asal Spanyol, 4 SM-60M)
Bersikap jujur terhadap diri sendiri dan kepada Tuhan bukanlah perkara mudah, walaupun di atas kertas hal itu seakan sangat pribadi sifatnya. Sebab pada akhirnya kejujuran kita akan diuji dan tampak dalam aksi atau perbuatan kita. Lihat saja bagaimana ketika kita kita memanjatkan doa kepada Tuhan, baik secara pribadi atau doa bersama dalam suatu jemaah atau pertemuan. Sudahkah doa kita jujur sesuai yg kita inginkan, ataukah hanya bagian dari seremoni atau protokoler sebuah acara? Apakah kita benar2 jujur sedang memohon uluran tangan Tuhan atau sejatinya kita sedang memamerkan hipokrisi beramai-ramai?
Jika kita berdoa memohon agar bangsa kita dan pemimpin kita mendapat petunjukNya, apalah kita benar2 jujur bermaksud demikian? Ketika seorang agamawan berdoa kepadaNya memohon agar musuh2 agama dan ummatNya dikalahkan dan dihancurkan, apakah sang agamawan benar2 jujur? Ketika orang mendoakan agar Tuhan mengampuni para pemimpin dan memberikan petunjukNya kpd mereka, benarkah permohonan tsb jujur? Fakta2 menunjukkan bhw kita tidak sepenuhnya jujur dg doa kita. Masih banyak hujat menghujat, benci membenci, dan bahkan provokasi yg mengakibatkan konflik dan aksi kekerasan atas nama agama.
Lalu bagaimana mungkin doa2 yg tidak dilandasi kejujuran itu akan dikabulkan Tuhan?
0 comments:
Post a Comment