"Jika seseorang menampilkan kemarahannya terhadap sebuah peringatan, hal itu sama saja dengan mengakui bhw dirinya layak mendapatkan peringatan tsb."
(Publius Tacitus, Senator dan sejarawan terkemuka pada zaman Romawi kuno, 56-120)
Sudah menjadi salah satu ciri khas manusia utk mencoba menolak peringatan atau kritik yang dialamatkan kepada dirinya, walaupun hal itu memang diperlukan sebagai wahana memberbaiki kualitasnya. Kritik atau peringatan bisa datang dari luar diri, tetapi bisa juga datang dari diri sendiri, misalnya sebagai hasil dari sebuah perenungan atau refleksi dan introspeksi diri. Menolak peringatan dan kritik, dengan demikian, sama artinya dengan menolak perbaikan. Dan semaikin orang menolak sebuah peringatan dan kritik, maka sejatinya ia sedang menunjukkan bhw ia sangat memerlukannya!
Maka jika ada orang atau sekelompok orang yang merayakan dan menyebarkan kebencian thd kelompok lain, sambil memanipulasi ajaran agama atau ideologi tertentu, tentu wajib diingatkan, dinasihati, dikoreksi, dan bahkan dikritik. Jika penyebar kebencian tsb malah merespon dengan amarah dan bahkan memaksakan kehendak serta bertindak dengan kekerasan, berarti kritik dan nasihat thd mereka itu memiliki validitas yg kuat. Dalih-2 agama yg mereka gunakan berarti lemah dan perlu dikoreksi. Sedangkan aksi-aksi memaksakan kehendak, apalagi tindak kekerasan mereka, wajib utk dicegah dengan penegakan hukum. Bukan lagi hanya dengan kritik dan nasihat belaka.
0 comments:
Post a Comment