"Racun kebencian yg berada di dekat hati manusia menyebabkan dua kali penderitaan bagi pemiliknya. Ia menderita karena kegalauan yg terus menerus, dan menderita karena dirinya melihat pihak lain berbahagia."
(Aeschylus, penulis utama kisah-kisah tragedi Yunani Kuno, 524-455 SM)
Para penyebar dan pendukung kebencian sejatinya sekaligus mengidap kedengkian atau sirik atau iri. Kebencian akan menghasilkan penderitaan bagi si pemilik karena ia akan senantiasa diganggu ketidaknyamanan dan ketakutan dalam jiwanya. Walaupun di luar ia merasa sudah hebat atau superior atau paling benar, tetapi di dalam yg terjadi adalah sebaliknya: rasa insecurity dan memandang semua yg berbeda dgnya sebagai musuh yg harus dihancurkan. Selain itu, sifat dengki/sirik/iri juga menjadi bagian integral, apalagi jika pihak-2 yg dianggap lawan tampak bahagia dan menikmati hidup mereka. Semakin pihak lain bahagia, semakin besar pula kedengkian menjangkiti si pembenci.
Para pembawa kebencian dlm kehidupan masyarakat menjadi kian berbahaya jika kekuasaan berada ditangannya. Karena kekuasaan akan dijadikan sebagai alat utk melampiaskan nafsu benci, dengki, dan angkara dengan mengatas namakan stabilitas, keamanan, dan bahkan klaim kebenaran. Segala macam argumentasi dan dalih akan digunakan sbg alat legitimasi, misalnya keadilan, kesejahteraan, persatuan, dll. Padahal semua itu adalah palsu, ibarat racun terbungkus dg berbagai retorika, termasuk ideologi, dan tafsir-2 ajaran agama. Kebencian adalah penyakit yg berbahaya bagi kehidupan manusia, baik pribadi maupun kelompok. Belum pernah terjadi dalam sejarah dan peradaban adanya bukti yg menunjukkan bhw kebencian akan membawa kebahagiaan bagi ummat manusia.
0 comments:
Post a Comment