Dalam tradisi masyarakat Jawa, ada suatu bentuk kegiatan spiritual atau "laku" yang disebut dengan "tapa ngrame", artinya bertapa dalam keramaian atau kehiruk-pikukan. Terus terang saya belum pernah tahu secara pribadi bagaimana 'laku' tersebut dijalankan.
Tetapi fenomena mirip dengan 'tapa ngrame' itu ternyata sering kita jumpai akibat marak dan berkembangnya teknologi informasi, khuisusnya dalam bentuk gajet telepon pintar (telpin). Seperti dlm gambar yg saya tautkan ini, para pengguna telpin begitu ramai tetapi pada saat yang sama tak satupun berkomunikasi dengan yg ada di sekitarnya. Mereka semua berkomunikasi dengan entah siapa di luar sana.
Kesepian dalam keramaian seperti ini juga terjadi di dalam rimah tangga kita. Makin sering keluarga serumah yang duduk bersama tetapi tak ada obrolan atau senda gurau, karena masing-masing sedang asyik ber WA atau FB atau SMS dll dengan pihak lain. Manusia pasca-modern semakin rindu kepada keakraban komunikasi tetapi dengan cara yang unik: mengasingkan diri dari yang berada di sekitarnya!
Kesepian dalam keramaian seperti ini juga terjadi di dalam rimah tangga kita. Makin sering keluarga serumah yang duduk bersama tetapi tak ada obrolan atau senda gurau, karena masing-masing sedang asyik ber WA atau FB atau SMS dll dengan pihak lain. Manusia pasca-modern semakin rindu kepada keakraban komunikasi tetapi dengan cara yang unik: mengasingkan diri dari yang berada di sekitarnya!
Fenomena terasing atau mengasingkan diri dalam keramaian ini tentu bukan 'tapa ngrame' yg dimaksudkan tradisi spiritual Jawa tadi. Ini adalah fenomena keterasingan alias alienasi manusia modern yg fenomenal. Dan Indonesia, adalah termasuk salah satu pengguna telpin yang terbesar di dunia. Jakarta adalah kota para pencuit twitter terbesar di dunia. Dan jika benar bahwa mereka adalah orang-2 yang terasing dengan sekitarnya, tentu ini bukan masalah sosial dan budaya yang remeh atau biasa.
Ini adalah sebuah pertanda bahwa kendati masyarakat Indonesia mengklaim sebagai masyarakat penuh dengan keakrabam, gotong royong, keramah tamahan, dan senyum, tetapi dalam kenyataan sesungguhnya berbanding terbalik. Mereka adalah manuisa yang paling terasing dengan sesama anggota masyarakatnya.
"WELCOME TO THE POST-MODERN INDONESIA!"
0 comments:
Post a Comment