Presiden Jokowi (PJ) telah mengumumkan personil baru dalam Kabinet Kerja (KK) setelah mengalami dan kocok ulang (reshuffle) dan penggeseran posisi. Duabelas Menteri dan satu Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), yang merupakan orang-2 baru dan yang hanya bertukar tempat, kini resmi menjadi anggota KK jilid 2. PJ mengatakan dalam sambutannya bahwa perombakan KK kali ini dimaksudkan utk menjawab tantangan-tantangan strategis yaitu "masalah kemiskinan, mengurangi kesenjangan ekonomi yang kaya dan miskin dan kesenjangan antarwilayah.." Untuk itu, sambung PJ, "pemerintah harus memperkuat ekonomi nasional guna menghadapi tantangan-tantangan ekonomi global yang sedang melambat sekaligus persaingan ekonomi dunia yang penuh kompetisi."
Melihat susunan (line up) personil KK yang baru ini, saya menganggap PJ berusaha mengombinasikan antara keniscayaan akomodasi politik di satu pihak, dan profesionalisme di pihak lain, dengan menyadari resiko munculnya potensi resistensi yang dapat mengganggu stabilitas Pemerintahan. Penggantian Rizal Ramli (RR), misalnya, didorong oleh desakan politik yakni menghindari kegaduhan internal di Istana. Sedangkan masuknya mantan Menkeu era SBY, Sri Mulyani Indrawati (SMI), merupakan upaya PJ menempatkan orang yang memiliki pengalaman di bidang ekonomi serta kinerjanya diterima pasar dan diakui dunia . Meskipun secara politik SMI memiliki resistensi yang tinggi di kalangan sebagian masyarakat sipil dan politisi, namun sulit dibantah bahwa reputasi beliau secara profesional sangat baik. Pertimbangan ini juga menjelaskan kenapa PJ juga masih memertahankan Rini Sumarno (RS), Menteri BUMN, yang juga secara politik memiliki resistensi tinggi tetapi pengalaman dan reputasi profesional yang dapat diandalkan.
Mengenai hengkangnya para Menteri asal parpol seperti Yuddy Chrisnandi (YC), Marwan Jakfar (MJ), Saleh Husein (SH), Ferry Mursyidan Baldan (FMB), hal itu merupakan respon PJ yang positif terhadap berbagai masukan publik terkait dengan kinerja mereka yang tidak dianggap memuaskan. Sementara itu, digantikannya para Menteri yg berlatarbelakang profesional seperti Ignatius Yonan (IY), Sudirman Said (SS), dan Anis Baswedan (AB), menurut hemat saya, terkait dengan tekanan dari parpol dan elite pendukung PJ. Khusus untuk penggantian AB buat saya masih menyisakan pertanyaan karena beliau termasuk yang nyaris tak mendapat kritik-2 tajam dibanding dengan nama-nama para Menteri yg disebut sebelumnya.
Potensi munculnya kritik tajam thd KK dan PJ sudah bisa ditebak datang dari parpol oposisi maupun kalangan masyarakat sipil seperti LSM dan ormas yang terhadap sosok kontroversial seperti SMI, RS, dan para Menteri baru yang dianggap bervisi seperti mereka. Dan ini merupakan resiko yang mestinya telah dipertimbangkan masak-masak oleh PJ. Jika tim KK yg baru ini bisa menjawab tantangan yang dikemukakan oleh PJ di atas, maka resistensi itu pun akan bisa diimbangi dan bahkan menjadi pujian dan dukungan. Jika sebaliknya, maka KK jilid 2 ini beresiko menjadi salah satu faktor yang melemahkan Pemerintahan PJ ke depan. Mengingat masa efektif kerja kabinet yang tidak lama, suatu perobakan Kabinet yang ketiga kali tak akan banyak artinya, utk tidak mengatakan sia-sia.
Selamat bekerja utk KK.
Simak tautan ini:
0 comments:
Post a Comment