Kebiasaan politisi Indonesia melakukan pembelaan thd perilaku koruptif tanpa nalar sehat dan rasa malu serta risih, rasanya tak kunjung berhenti. Kali ini politisi DPR, Ruhut Sitompul (RS), yg melakukan hal itu ketika menyatakan bahwa tertangkapnya Wakil Bendahara Umum Partai Demokrat (PD), yang juga anggota DPR-RI di Komisi III, I Putu Sudiartana (IPS), "tidak ada kaitannya dengan Partai Demokrat", dan hanya "pekerjaan dia pribadi." Orang paling bodoh di seluruh dunia pun akan termehek-mehek membaca statemen yang ekonomis dalam nalar seperti itu. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa tindakan korupsi yang dilakukan oleh beberapa pentolan PD sebelumnya, seperti Anas Urbaningru, (AU) dan Angelina Sondakh (AS) serta beberapa yang lain, tidak ada kaitannya dengan partai berlambang Mercy tsb, dan karena itu tak akan berpengaruh terhadap standingnya dihadapan rakyat Indonesia.
Saya tdk tahu apakah nalar yang dimiliki RS beda dengan manusia biasa, sehingga bisa sampai kepada pandangan demikian?. Sebab jika nalar manusia biasa, tentunya tak perlu repot-repot mencari kaitan antara perbuatan IPS dengan PD. Setidak-tidaknya orang akan mengatakan bahwa perbuatan yang bersangkutan ada kaitannya dg posisinya sebagai politisi partai tersebut, termasuk statusnya sebagai anggota Parlemen dan fungsionaris dalam DPP PD. Kalau yang dimaksud adalah kaitan sebab akibat secara langsung, memang mesti menunggu proses penyidikan dan bahkan proses peradilan. Namun yang disebut "kaitan" tentu bukan cuma itu. Salah satunya adalah kaitan politik antara IPS dengan PD yang secara kasat mata jelas ada.
Mengajukan apologia dan/atau pembelaan tentu sah-sah saja dilakukan oleh politisi terhadap partai dan rekan separtainya. RS sah-sah saja melakukan pembelaan thda IPS dan/ atau PD, apalagi dia adalah seorang politisi cum lawyer yang dikenal handal dan vokal. Namun menyatakan bahwa kasus IPS tidak ada kaitan dengan PD adalah sebuah pernyataan yang sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan secara common sense politik. RH dan para politisi yang menggunakan argumen seperti itu hanya mencoba beretorika klise secara terburu-buru dan gegabah dlm upaya 'damage control' guna menutupi borok partainya yang sejatinya sudah diketahui secara terbuka dan luas oleh rakyat Indonesia.
PD, yang dikenal memiliki slogan "Katakan Tidak kepada Korupsi" itu, sudah terlanjur tersohor dalam percaturan politik di negeri ini bahwa politisinya banyak yg menjadi langganan rompi oranye KPK dan meringkuk di penjara karena kasus tipikor. Oleh sebab itu tak heran jika rakyat Indonesia lantas 'menghukum" partai tsb dalam Pemilu 2014 dengan tidak memilihnya seperti dlm Pemilu sebelumnya. Bahkan partai yang sebelumnya pernah berkuasa selama 10 tahun itu pada 2014 gagal untuk mengajukan capresnya karena terpuruknya popularitas serta elektabilitas di mata rakyat!.
Maka sangatlah ironis jika politisi sekelas RS justru menggunakan apologia murahan utk membela rekan separtainya yang tertangkap OTT KPK. Strategi seperti itu, yemat saya, tak akan mengembalikan marwah dan dukungan partai itu dalam Pemilu atau Pilkada 2017. Sebab komunikasi publik yang dilandasi retorika menyesatkan dan manipulatif akan menjadi akselerator keterpurukan partai tsb. Alih-alih PD akan bangkit kembali, justru ia akan semakin ditinggalkan oleh rakyat Indonesia. Kalau tidak percaya, silakan dilanjutkan!
Simak tautan ini:
0 comments:
Post a Comment