Statemen Ahmad Dhani (AD) yg
menyebut persaingan dengan Ahok dalam Pilkada Gubernur DKI 2017 sebagai
perjuangan melawan asing karena "Indonesia ini tanah warisan Nusantara,
warisan leluhur nenek moyang kita, bukan nenek moyang Ahok" bagi saya
adalah sebuah kampanye hitam yang termasuk dalam kategori ujaran
kebencian (hate speech) dan xenophobia, serta berdampak buruk bagi
kehidupan kewarganegaraan dan ketatanegaraan di Indonesia. Statemen AD
mesti ditolak oleh seluruh warganegara yang mencintai bangsa dan NKRI
serta menginginkan tatanan kemasyarakatan dan kenegaraan yg demokratis
sesuai Pancasila dan UUD 1945.
Saya menganggap statemen itu
sebagai kampanye hitam, karena telah menggunakan isu SARA telah jelas
dilarang oleh peraturan resmi terkait kampanye Pilkada dan Pemilu.
Kampanye hitam berbeda dg kampanye negatif, karena yg disebut terakhir
itu tidak dilarang. Kampanye negatif adalah kampanye yg menunjukkan
berbagai kelemahan lawan namun tidak menggunakan isu-isu SARA serta
melangar HAM. Sedangkan kampanye hitam merupakan upaya mendiskreditkan
lawan dengan isu-isu SARA dan penyebaran kebencian dan kebohongan yang
tidak dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan etika.
Statemen AD juga bermuatan kebencian dan xenophobia karena mengarah pada
penyebaran ketakutan dan kebencian thd ras tertentu, padahal ras
tersebut diakui dan termasuk bagian integral dari bangsa Indonesia dan
dilindungi oleh konstitusi. Lebih jauh, dengan menggunakan tafsir
ayat-ayat Al-Qur'an secara tidak kontekstual, AD telah menyebarkan
pemahaman yang dapat menyulut perpecahan bahkan adu domba, khususnya
antara ummat Islam dangan non Muslim di Indonesia, khususnya di DKI.
Padahal, sebagai warganegara Indonesia, baik ummat Muslim dan
Non-Muslim adalah sama kedudukan dan hak-haknya secara konstitusional.
Ironisnya, konon AD sering menyatakan dan mengklaim dirinya sebagai
figur seniman dan pemusik yang pemikirannya sama dengan tokoh pluralis
serta bapak Bangsa Indonesia, alm. KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. (http://life.viva.co.id/…/read/234281-gus-dur-di-mata-ahmad-…).
Saya yakin statemen DA terkait dengan Ahok di atas, sangat betolak
belakang secara total baik paradigmatik filosofis, etis, maupun
pragmatis dg alm GD. Semua orang tahu bahwa almaghfurlah adalah salah
sorang tokoh yg ketika masih hodup adalah pembela hak-hak asasi
warganegara Tionghoa di negeri ini. Bahkan beliau juga termasuk
mendukung Ahok ketika menjadi calon Bupati di Belitung Timur.
Maka itu jika nanti AD maju menjadi cagub sebagai pesaing Ahok,
sangatlah layak jika para Gusdurians di DKI menolaknya. Karena tidak
mungkin seorang bapak bangsa yang pluralis dan melindungi kaum minoritas
akan menyetujui ajarannya diplintir dan didistorsi secara habis-habisan
dan bertolak belakang 1005. Atau, bisa jadi AD memang sudah
mencampakkan pemikiran GD ketika ia ingin maju menjadi cagub? Kalau
demikian, maka hal itu lebih baik karena sebagai seorang Gusdurian saya
akan menjadi orang pertama yg menolak kebencian, xenophobia, dan
kampanye hitam yg disebarkan oleh DA.
Simak tautan ini:
https://m.tempo.co/read/news/2016/03/21/083755688/ahmad-dhani-serang-ahok-dengan-isu-sara
0 comments:
Post a Comment