KPK yang baru saja melakukan pergantian pimpinan, ternyata sudah langsung tancap gas melaksanakan tugas. Seorang anggota DPR RI dari Fransi PDIP, Damayanti Wisnu Putranti (DWP), dicokok oleh petugas lembaga antirasuah itu dalam sebuah operasi tangkap tangan (OTT). DWP selama ini memang bukan politisi PDIP papan atas, tetapi saya yakin mulai tadi malam, nama wakil rakyat dari Dapil IX Jateng tersebut akan menjadi trending topic di medsos dan menjadi buah bibir dalam urusan tipikor di seantero tanah air. Menurut media, KPK melakukan OTT thd politisi perempuan tsb karena adanya dugaan tipikor terkait pembangunan infrastruktur jalan di NTT. Kini kita menunggu perkembangan kasus ini dari Kuningan.
Walaupun detail kasus ini masih belum muncul semua, tetapi implikasi politiknya sudah bisa diperkirakan akan sangat signifikan bagi partai yang sedang berkuasa itu. Dalam wawancara dengan okezone.com pagi ini, saya mengatakan bahwa PDIP akan mendapat tekanan dari publik dan dari lawan-politiknya karena selama kurang dari setahun sudah dua polisinya di DPR yang terkena dugaan dan dakwaan tipikor. Yang lebih penting lagi, partai slogan "Revolusi Mental" yang menjadi trade mark partai itu akan kian dipertanyakan implementasinya ketika para politisinya justru menjadi pihak yang mengabaikannya! (http://news.okezone.com/read/2016/01/14/337/1287780/kader-kena-ott-kpk-pdip-dalam-tekanan).
Para petinggi PDIP semestinya ingat bagaimana nasib Partai Demokrat (PD) yang mengusung slogan "Katakan Tidak pada Korupsi", yang ternyata dikhianati oleh sebagia politisinya sendiri, termasuk mantan Ketum DPP PD, Anas Urbaningrum (AU) dan beberapa rekannya. PD mengalami set back dalam Pileg 2014 walaupun pada Pileg sebelumnya (2009) ia menjadi pemenang. Itupun setelah PD berkuasa dalam dua periode dengan stabilitas dan popularitas pemerintahan Presiden SBY yang sangat baik. Jika PDIP yang baru setahun berkuasa dan masih terus menghadapi goncangan-2 di Pemerintahan Presiden Jokowi (PJ) dan di Parlemen, lalu kini dilanda erosi kredibilitas karena tipikor, maka prospeknya akan bisa lebih muram lagi.
Yang paling menyedihkan adalah kasus-2 tipikor yang dilakukan politisi PDIP akan menjadi bomerang bagi gagasan Revolusi Mental (RM) yang selalu didengungkan elite PDIP sendiri. Jika komentar-2 miring di medsos bisa menjadi salah satu indikator, maka popularitas dan kredibilitas RM sudah semakin rendah di mata publik. Revolusi Mental terancam gagal karena dari pihak yang mengusung dan mempropagandakannya ternyata inkonsisten. Ini sama saja dengan slogan demokrasi Pancasila yang dulu didengungkan Orba, dan slogan PD yang saya sebut di atas. Slogan-slogan normatif dan moralistik seperti itu menuntut konsistensi dari pihak yang menciptakan dan mengampanyekan. PDIP akan menjadi bahan tertawaan dan penjonruan jika kasus-kasus tipikor yang dilakukan oleh para politisinya terus menerus terjadi. (http://news.okezone.com/read/2016/01/14/337/1287774/kader-pdip-ditangkap-program-revolusi-mental-ikut-tercoreng).
Simak tautan ini:
0 comments:
Post a Comment