Rupanya hobby pecah dan tandingan juga merasuki Gerakan Pemuda (GP) Ansor, ormas pemuda underbouw Nahdlatul Ulama. Mungkin para elit GP Ansor tidak mau "kalah" dengan NU yang Pengurus Besarnya, PBNU, juga sedang digugat di pengadilan oleh sejumlah pihak yang menolak keabsahan Muktamar ke 33 di Jombang beberapa bulan lalu. Kini sejumlah pihak menolak Yaqut Cholil Choumas (YCC) sebagai Ketua Umum terpilih GP Ansor masa bakti 2015-2020.
Alasan pihak penolak antara lain adalah, bahwa pengajuan jadwal Kongres GP Ansor, dari 2016 menjadi 2015, adalah akal-akalan agar YCC bisa diajukan sebagai calon, karena faktor usia. Jika Kongres dilaksanakan seperti aturan dalam AD/ART, maka yang bersangkutan tidak akan memnuhi syarat. Maka Pengurus Pusat GP Ansor pun merubah jadwal dan mengajukannya menjadi 2015. Manuver lain adalah dengan cara membekukan kepengurusan GP Ansor daerah yang konon dianggap tidak pro YCC. Dan yang terakhir adalah manuvering dalam proses pemilihan Ketua Umum dengan menciptakan model perwakilan region (wilayah): Barat, Tengah, dan Timur. Degan pembagian wilayah itulah rekayasa pemilihan untuk memenangkan YCC diciptakan.
Tentu saja pihak YCC nanti juga akan mengcounter pihak yang berseberangan dan kini telah membuat pengurus "tandingan" GP Ansor itu. Dan kalau dilihat dari kekuatan yang berada di belakang YCC, maka tidak susah utk menebak bahwa kaum "sempalan" itu akan mengalami kegagalan. Namun, saya kira masalahnya bukan pada soal kalah menang dan siapa yang menjadi Pengurus GP Ansor yg baru. Sama saja dengan Pengurus PBNU yang baru, kini virus perpecahan sudah memberantakkan ormas milik para ulama dan kaum nahdliyyin itu, Dan akar masalahnya juga mirip: Politisasi yang sangat kental dalam organisasi dan elit organisasi tsb, sehingga memunculkan cara-cara Machiavellian seperti itu.
Inilah kemunduran yang luar biasa dalam organisasi Islam terbesar di dunia dan yang diharapkan akan menjadi salah satu soko guru kehidupan masyarakat yang berakhlaq, berkebangsaan, dan mandiri. GP Ansor oleh banyak pihak dianggap sebagai organisasi Pemuda yang bersaham besar dalam mempertahankan kehidupan berbangsa yang harmonis dan mengedepankan demokrasi, serta salah satu kekuatan masyarakat sipil di negeri ini. Namun hal itu akan mengalami setback manakala elit ormas tsb kini terpolarisasi dan mengedepankan pendekatan kekuasaan, dan kalau perlu menggunakan cara-cara Machiavellian.
GP Ansor adalah kekuatan riil dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan telah terbukti selama pengabdiannya. Sungguh menyedihkan jika organisasi pemuda nahdliyyin itu terancam soliditasnya gara-gara ambisi politik dan politisasi elitnya.
0 comments:
Post a Comment