Oleh Muhammad AS Hikam
Pengantar: Tulisan bersambung berikut ini merupakan sebuah upaya memahami fenomena munculnya kekuatan non-negara yang menggunakan terorisme untuk mencapai tujuan membangun sebuah negara lintas bangsa (trans-nasional state). Kekuatan tersebut adalah apa yang disebut sebagai Islamic State in Iraq and Sham/Syria (ISIS) atau kini bernama Islamic State (IS). Semoga bermanfaat untuk menjadi bahan perbincangan dan pertukaran pikiran di antara para sahabat semua. Trims (MASH)
3. Menaksir Kekuatan ISIS
Menurut sumber Central Inteligence Agency (CIA) kekuatan ISIS pada 2014 sudah bertambah tiga kali lipat dari tahun sebelumnya (2013), yaitu 10,000 orang, menjadi 30 – 31,000 orang. Taksiran ini memperlihatkan bahwa ISIS berhasil meningkatkan kekuatan militernya utk melakukan ekspansi di wilayah Irak dan Suriah. Peningkatan dan penggunaan kekuatan milier yang sangat masif ini menunjukan bahwa baru pertama kali organisasi terorisme memiliki kekuatan militer yang hampir mirip dengan sebuah negara. Dimana perlawanan ISIS pun sudah melibatkan perang konvensional, yaitu perang yang menggunakan kekuatan dan taktik manuver militer. Hal ini jelas berbeda dengan perlawanan negara-negara barat ketika menghadapi Al-Qaeda.
Meningkatnya kekuatan militer ISIS itulah yang menjadi salah satu alasan Presiden Obama membuat kebijakan pertahanan untuk membentuk koalisi militer besama dengan beberapa negara Timur Tengah, seperti Yordania, Maroko, Bahrain, Qatar, Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab. Selain itu beberapa negara barat seperti Inggris, Kanada, Australia, dan Prancis secara resmi turut bergabung dalam koalisi AS. Koalisi ini akan dipimpin oleh AS dan bahkan negara tersebut berniat akan memperbesarnya.
Walaupun ditekan oleh koalisi bentukan AS tersebut, namun sampai saat ini ISIS bergeming. Hal ini dibuktikan oleh reaksi Abu Bakar al-Baghdadi yang mengatakan bahwa koalisi AS tidak begitu kuat untuk menghancurkan ISIS, meskipun AS telah menambah pasukannya sebanyak 1.500 ke Irak. Mengapa ISIS memiliki kepercayaan diri yang sangat besar menghadapi tekanan negara-negara internasional? Kepercayaan ISIS timbul dan menguat karena ideologi yang mereka sebar mendapat respon yang juga banyak dari warga negara dari berbagai penjuru dunia dan tidak terbatas hanya di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim belaka. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa jumlah pendukung yang pergi ke Suriah untuk bertempur dengan ISIS pada 2014 ditaksir sebanyak 15.000 – 20.000, dengan jumlah paling banyak berasal dari Tunisia sebanyak 3.000 orang dan Arab Saudi sebanyak 2.500 orang, sementara dari negara barat paling banyak berasal dari Rusia sebanyak 1.700 orang.
Selain jumlah relawan ISIS, kekuatan ISIS juga bisa ditaksir dari kemampuannya menebar aksi teror yang meluas dan sistematis sehingga telah menimbulkan korban jiwa dan harta yang luar biasa. Menurut data PBB, jumlah korban pada tahun 2014 mencapai 24.000-an jiwa yang dibunuh oleh pasukan ISIS, termasuk dengan pembantaian kaum perempuan dan anak-anak kecil. Jumlah korban yang tewas akibat aksi kekerasan dan teror ini mendapat perhatian khusus dari Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB di Suriah (The U.N. Independent International Commission of Inquiry) yang kemudian menyatakan bahwa ISIS telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan, sehingga ISIS harus dibawa dan bertanggung jawab ke Mahkamah Pidana Internasional (International Court of Justice). Bahkan menurut PBB, ISIS sudah melakukan tindakan genosida kepada kaum masyrakat minoritas Yazidi di Irak disamping melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan terhadap warga sipil dan anak-anak.
Selain itu, ISIS juga menghancurkan warisan kebudayaan seperti barang-barang antik di di kota bersejarah Palmyra di Suriah, termasuk Candi yang sudah berumur hampir 2.000 tahun dari Baalshami. UNESCO, organisasi kebudayaan PBB, menyebut penghancuran kuil tersebut sebagai sebuah kejahatan perang. Fakta ini memperlihatkan bahwa ISIS satu-satunya organisasi teror yang menargetkan tidak hanya warga sipil non-muslim, namun demikian sampai dengan dengan benda-benda antik yang sudah menjadi warisan budaya dunia. Target penyerangan ISIS yang cenderung acak jelas membedakan mereka dengan organisasi-organisasi teror yang ada sebelumnya.
4. Bagaimana Perkembangan Pengaruh ISIS di Indonesia?
4.1 Asal-usul dan Perkembangan Pengaruh ISIS di Indonesia
Dukungan terhadap ISIS di Indonesia pada awalnya dibentuk oleh aktivis muda Indonesia yaitu Tuah Febriansyah alias Muhammad Fachry yang memiliki hubungan dengan organisasi Al-Muhajiroun. Seperti diketahui, organisasi ini dibentuk oleh Omar Bakri tahun 1983 dan merupakan sayap organisasi Hizb ut-Tahrir (HT) yang merupakan organisasi internasional yang selalu mengkampanyekan kekalifahan dan penegakan Hukum Islam di dunia. Organisasi Al-Muhajiroun memiliki pandangan bahwa kekerasan dapat dilakukan untuk meraih tujuan berjihad, dimana hal ini dukung oleh semua pengikutnya. Selain itu, Al Muhajiroum menganggap sesama Muslim juga kafir apabila tidak setuju dengan penerapan Hukum Islam. Al-Muhajiroun hadir di Indonesia melalui jejaring internet, yakni pada awal tahun 2005, ketika Muhammad Fachry menemukan akses organisasi ini melalui website: www.paltalk.com. Mulai saat itu ia sering melakukan diskusi online dengan Omar Bakri. Dalam salah satu diskusinya, Omar Bakri menyatakan bahwa:
“Al-Muhajiroun ingin mendirikan kekalifahan di negara-negara Islam seperti Afganistan, Bangladesh, Indonesia, Malaysia, dan Pakistan, karena negara-negara tersebut merepresentasikan ¾ jumlah umat muslim di Dunia. Jumlah ini lebih besar dibandingkan negara-negara timur tengah dan memiliki kekuatan militer yang kuat”
Pada tahun 2010, Fachry membuat “Sharia4Indonesia”, sebagai bentuk dari hadirnya “Sharia4UK, Sharia4France, Sharia4Belgium, Sharia4Holland, Sharia4Pakistan” di dunia. Fachry bertekad mewujudkan “Zona Syariah” di Indonesia untuk menolak segala bentuk kemaksiatan seperti judi, minuman beralkohol, prostitusi, dan lainnya. Pada tahun 2012, website baru (www.al-mustaqbal.net) didirikan oleh Fachry untuk menarik dukungan lebih banyak terhadap Sharia4Indonesia, serta mengkampanyekan pandangan organisasi radikal takfir mua’yaan yang didirikan oleh Aman Aburahman. Ceramah tentang pandangan Al-Muhajiroun dipindahkan ke Masjid Al-Islam di Babakan, Serpong, Banten, sehingga penyebaran ceramah semakin menyebar. Penyebaran tersebut menyebabkan terbentuknya tiga tokoh kunci perkembangan ISIS di Indonesia.
Pada tahun 2014, dukungan terhadap ISIS bermunculan di beberapa wilayah Indonesia, yaitu Bekasi dan Bima, Sumbawa. Untuk pertama kalinya terjadi pawai sebagai bentuk dukungan ISIS di depan Hotel Indonesia. Berkibarnya bendera ISIS memperlihatkan sudah ada keberanian dari warga negara Indonesia sendiri yang mendukung lansung ISIS tanpa adanya rasa takut dari pengawasan aparat keamanan. Selain itu, dalam pawai yang diikuti ratusan orang, ikut juga beberapa organisasi radikal yang mendukung ISIS, dan pawai ini dipublikasikan (foto) ke media sehingga media-media asing di dunia (terutama Irak) mengetahui bahwa jumlah pendukung ISIS di Indonesia sudah mulai bertambah. Seiring berjalannya waktu maka pada tahun 2014, FAKSI yang merupakan organisasi radikal pertama yang mendukung ISIS di Indonesia ternyata mendapat dukungan dari GARIS, yaitu organisasi radikal yang telah berdiri pada 2007 dan berkomitmen mendukung perkembangan ISIS di Indonesia.
Menurut Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT, Mayor Jenderal Agus Surya Bhakti, ideologi radikal sebagaimana yang digunakan oleh ISIS sudah masuk ke Indonesia sebelum gerakan tersebut dideklarasikan di Timur Tengah. Menurutnya, paham tersebut masuk ke Indonesia lebih banyak melalui jaringan Internet. Masyarakat Indonesia, dia melanjutkan, dengan mudah mengakses informasi seperti berita, artikel, hingga video tentang paham ISIS melalui dunia maya. Pada 2013 diduga ada 56 orang Indonesia dari berbagai macam organisasi Islam dan kelompok pedagang berangkat ke Irak untuk bergabung dengan ISIS. Mereka bergabung saat pergi ke Arab Saudi untuk ibadah haji atau umrah. Dari jumlah tersebut, sekitar 16 orang telah kembali ke Tanah Air dan melanjutkan proses perekrutan di daerah masing-masing.
Masuknya ISIS ke Indonesia dilakukan melalui penyebaran ideologi radikal yang kemudian diterima oleh sebagian tokoh anggota organisasi Islam radikal di Indonesia. Mereka kemudian kembali menyebarkan ideologi tersebut untuk menjaring anggota-anggota baru. Ideologi tersebut menawarkan daya tarik tersendiri bagi mereka yang percaya bahwa perang bersama ISIS di Suriah memiliki nilai agamis lebih tinggi dibandingkan perang yang lainnya. Daya tarik perang melawan rezim Bashar Al-Asad dan penegakan Khilafah Islamiyah menjadi alasan penting bagaimana mujahidin seluruh dunia, termasuk Indonesia mau bergabung dan berperang bersama ISIS.
Bersambung....
(MEKANISME PENYEBARAN ISIS DI INDONESIA)
0 comments:
Post a Comment