Jika kabar ini
benar, inilah bukti yang kesekian kalinya bhw manajemen Pemerintahan
Presiden Jokowi (PJ) memang masih perlu diperbaiki secara serius. Baru
kali ini dalam sejarah diplomasi Republik Indonesia terjadi hal yang
-menurut hemat saya- sangat memalukan: kunjungan RI-1 ke negara sahabat
menjadi bahan gunjingan dan olok-olok yg disebarluaskan medsos. Dan
repotnya, respon Istana terkesan tidak antisipatif serta asal-asalan.
Sebab urusan ini sebenarnya sudah lama ditengarai media dan para
pengamat, yaitu adanya semacam duplikasi atau dualisme soal pengaturan
kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi (PJ) ke Amerika Serikat, yaitu
Kemenlu di satu pihak dan kantor Kastafpres (pada waktu itu) di pihak
lain. Secara formal, semua urusan kunjungan kenegaraan Presiden adalah
urusan Kemenlu. Kalaupun ada pihak-pihak yang ikut dalam proses itu,
semuanya harus dibawah koordinasi Kemenlu. Jika prinsip ini tidak
diikuti, maka jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, sudah
barangtentu Kemenlulah yang akan menjadi pihak yang diminta
bertanggungjawab.
Tetapi dalam kasus kunjungan PJ ke AS itu,
Kastafpres (waktu itu), Luhut Panjaitan (LP), dikabarkan telah melakukan
kegiatan mempersiapkan perjalanan Presiden Jokowi ke Amerika, yg
menjadi domain Kemenlu dan Kedubes RI di Washington. (http://nasional.republika.co.id/…/nxfpvg354-kunjungan-jokow…).
Inilah yang kemudian menciptakan ketidak-enakan antara Menlu, Retno
Marsudi (RM), thd LP. Konon, RM sudah menyatakan ketidak setujuannya
dan, saya yakin, hal ini tentunya sudah dikomunikasikan kepada PJ. Sebab
media pun sudah tahu mengenai keberatan sang Menlu tsb.
Lalu
muncullah kabar penggunaan jasa lobbyist dalam kunjungan PJ ke AS, yg
bisa jadi merupakan bagian dari ketidaksinkronan itu. Bagi saya, di
samping bantahan resmi dari Kemenlu RI, akal sehat juga tidak bisa
menerima jika PJ tidak bisa bertemu dengan Presiden AS tanpa
menggunakan jasa pelobi. Apalagi kronologi dari undangan tsb jelas dan
otentik bahwa Presiden Obamalah yg mengundang, baik secara lisan maupun
tertulis. Jadi kalaupun ada keterlibatan lobby, saya cenderung lebih
memercayai bahwa hal itu berada di luar pengetahuan Kemenlu atau Kedubes
Ri di Washington, DC. (http://www.konfrontasi.com/…/luhut-kunjungan-jokowi-ke-tak-…)
Saya pun tidak bisa a priori mengatakan bahwa keberadaan para pelobby yg ditulis media hanya omong kosong. (http://asiapacific.anu.edu.au/…/waiting-in-the-white-house-…)
Sebab bisa saja ada aktivitas pelobi dalam rangka membantu
kontak-kontak tertentu di luar agenda-2 kenegaraan resmi Presiden. Ini
suatu hal yang bisa saja ditambahkan jika memang diperlukan. Dan
mestinya semua itu harus diketahui dan dikontrol oleh Kemenlu dan
kedubes RI. Kasus pelobby ini terjadi karena manajemen yang jauh dari
profesional dari Istana akibat dari ketidak-taat asasan dalam penerapan
aturan main oleh pihak-2 tertentu di sana. Kasus ini juga
mengindikasikan tidak solidnya sinergi antar-penyelenggara Pemerintahan
sehingga terjadi rebutan dan gesekan yang tak perlu. Kemenlu, dalam
pandangan saya, justru telah melakukan tugas sesuai protap dan
tupoksinya.
Tak ada pilihan kecuali pihak Istana mesti
mengklarifikasi: 1) Benarkah keterlibatan lobbyist dari Singapura dan AS
itu?; 2) siapa yang bertanggungjawab; 3) apa saja yang dilakukan
lobbyist itu (jika ada) dan; 4) apakah kiprah para lobbyist tsb bisa
merugikan Pemerintah PJ serta diplomasi RI dengan AS. Publik berhak utk
tahu mengenai persoalan ini agar fitnah dan tuduhan-tuduhan yang
semena-mena thd PJ bisa ditepis dan dihentikan.
Simak tautan ini:
http://politik.rmol.co/read/2015/11/07/223701/Kemlu:-Tidak-Benar-Pemerintah-RI-Pakai-Jasa-Pelobi-Atur-Pertemuan-Jokowi-Obama-
Sunday, November 8, 2015
Home »
» ADA LOBBYIST ASING DALAM KUNJUNGAN PRESIDEN JOKOWI?
0 comments:
Post a Comment