Menko
Kemaritiman & Sumberdaya (Mardaya), Rizal Ramli (RR), tampaknya
harus benar2 siap siaga baik mental maupun politik dengan sikapnya yg
konsisten kritis menghadapi kekuatan korporasi multinasional yg juga
dibackup oleh negara adikuasa seperti AS. Ini terkait dg perusahaan
tambang Freeport di Papua yg menurut Menko Mardaya tsb bertanggungjawab
dlm pemiskinan rakyat di wilayah paling Timur Indonesia tsb. Selain itu
RR juga menuding Freeport telah menggunakan bahan kimia yg sangat
berbahaya bg kesehatan manusia, mercury, dlm proses pengolahan
konsentrat tembaga.
Semua orang Indonesia tahu belaka bgmn
keberadaan Freepot sejak masa Orba sampai saat ini sarat dg kontroversi
yg bukan saja berimplikasi pada bidang pertambangan dan lingkungan
tetapi juga bidang strategis lain spt politik, ekonomi, dan keamanan
nasional. RI selalu berada pada posisi tawar yg lemah ketika berhadapan
dg raksasa tambang ini karena ia bukan sekedar korporasi besar dan
multinasional, tetapi juga merupakan slh satu pembayar pajak terbesar di
AS. Bukan hanya itu, Freeport juga memiliki pengaruh politik yg tak
kalah besarnya dg perusahaan minyak atau perbankan di AS sehingga
kekuatannya nyaris identik dg kepentingan elit politik di negeri Paman
Sam itu.
Itu sebabnya, berurusan dg Freeport bukanlah seperti
berurusan dg korporasi besar lain baik nasional maupun internasional.
Terlepas dg berbagai retorika politik yg sering kita dengar dr.para
politisi, aktivis, dan pejabat sipil dan militer ketika mereka bicara
soal Freeport, fakta di lapangan tetap belum berubah yaitu posisi tawar
negara RI lemah. Bukan suatu yg berlebihan jika ketidak seimbangan tsb
setali tiga uang dg posisi RI vs AS dlm kekuatan politik dan militer
internasional.
Tanpa mengurangi rasa hormat dan salut saya thd
RR, isu Freeport ini bisa membuat dirinya berhadapan dg kekuatan
gabungan korporasi dan negara. Satang sekali jika peran RR yg sangat
dibutuhkan negeri dan bangsa ini nanti akan muspro gara2 pertikaian yg
tak seimbang tsb. Tentu ada pihak2 yg mencoba mengompori RR utk
menggunakan pendekatan kekuatan dlm menghadapi Freeport, dg retorika
nasionalistik atau populistik. Tetapi tanpa dibarengi dg sebuah
mobilisasi dukungan riil dr rakyat dan Penerintah mk RR akan mengulangi
apa yg terjadi sebelumnya dlm urusan Freeport vs RI itu.
Gejala
itu terlihat jelas dlm persilangan pendpt antara RR dg Menteri ESDM,
Sudirman Said (SS) ttg Freeport. Ini merupakan salah satu perunjuk bhw
lobbi politik tingkat tinggi telah memainkan peran sehingga Menteri
teknis dan Menkonya tabrakan dlm kebijakan. Jika pertikaian ini digoreng
oleh media dan pemilik kepentingan politik dan ekonomi, saya khawatir
RR akan dipaksa utk menghadapi soal ini dan membuang2 waktu yg berharga.
Rakyat dan bangsa Indonesia harus mengambil pelajaran yg sangat penting
dr kasus Freeport ini. Salah satunya adlh fakta bhw sebuah Negara yg
berdaulat tidak otomatis berdaya berhadapan dg korporasi internasional
yg memiliki kekuatan politik riil dan dotopang oleh negara adidaya.
Nasionalisme tidak hanya berhenti pd retorika politik tetapi hrs
dibuktikan dlm relasi antar negara.
Simak tautan ini:
http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/10/11/090708397/dikepret-rizal-ramli-freeport-tetap-dibela-sudirman-said
Sunday, October 11, 2015
Home »
» RIZAL RAMLI VS FREEPORT DAN PERSOALAN KEDAULATAN INDONESIA
0 comments:
Post a Comment