Perkembangan terakhir di Afghanistan, pihak pemberontak Taliban merebut kota strategis di bagian utara, Kunduz, dari tangan Pemerintah Mohammad Ahraf Ghani (MAG), kendati militer AS ikut membantu. Bahkan hari ini dikabarkan bahwa serangan peawat pembom AS menembak sebuah rumah sakit sehingga kurang lebih 19 orang tewas, termasuk para relawan dokter dari LSM internasional, Dokter Tanpa Perbatasan (Doctors Without Borders). Kekhawatiran pun meruyak bahwa Taliban akan mengambil alih pemerintahan di Afghanistan setelah diusir oleh AS pasca serangan bom di New York dan Pentagon (tragedi 11 September).
Terlepas apakah Taliban benar-2 akan segera memenangkan pertarungan melawan rezim MAG, tetapi menurut penulis buku "Para Penggarong Negara" (Thieves of State), Sarah Chayes (SC), sulit utk menolak kemunhkinan bahwa penguasa negeri itu bisa bertahan. Alasan SC bukan hanya karena soal kemampuan militer, karena kalau soal itu Pemerintah MAG telah mendapat dukungan AS yg sangat kuat. Tetapi yang membuat Kabul akan jatuh kembali ke tangan Taliban adalah karena korupsi para penyelenggara negara dan kemarahan rakyat kepada mereka, dan kemudian mendukung para insurgen itu menguasai kembali negeri tsb.
SC bukan hanya omong kosong. Sebagai wartawati, ia tinggal di Afghanistan lebih dari 8 tahun sejah serangan AS yg menggusur Taliban dari Kabul. Dia bekerja sebagai aktivis LSM di negeri tsb dan mengenal baik masyarakat dan para elit Afghan di samping, tentu saja, para petinggi milter AS di sana. Buku yang ditulisnya itu adalah sebuah testimoni dari pengalaman lapangan selama nyaris satu dasawarsa di Afghanistan. Kesimpulan SC adalah bahwa para penguasa dan pejabat Afghan saat ini sarat dengan koruptor dan menciptakan kebencian dari rakyatnya sendiri. Sekuat apapun bantuan militer dan politik dari AS dan sekutunya tidak akan mampu mengalahkan pengaruh Taliban yang semakin lama bukan dianggap sebagai teroris oleh rakyat tetapi menjadi 'penyelamat' dari keganasan penguasa sekarang.
Inilah sebuah pelajaran yang penting bagi rakyat dan bangsa Indonesia mengenai bahaya korupsi terhadap keamanan nasional. Jika korupsi dibiarkan dan malah dilindungi oleh elit politik dan kekuatan politik serta pemilik modal, maka resikonya sangat besar yaitu krisis kepercayaan yang meluas di kalangan rakyat. Sebenarnya rakyat Indonesia sudah mengaami dua kali pada masa Orla dan Orba, ketika para elit memperkaya diri dan membiarkan rakyat kehilangan kepercayaan thd kepemimpinan mereka. Namun saat itu lingkungan strategis masih belum seperti sdaat in di mana globalisasi dan kekuatan non-negara telah mempu mengatasi kekuatan negara. Jika korupsi makin meruyak dan tak bisa dihentikan, maka apa yang terjadi di Afghanistan sebagaimana dikatakan SC bakal bisa terjadi pula di Indonesia.
Simak tautan ini:
0 comments:
Post a Comment