Setelah capres Donald
Trump (DT) mendapat kritik keras karena dianggap tidak sensitif terhadap
Islamophobia dan rasisme dalam kampanye, kini disusul oleh capres lain
dari partai yang sama yaitu Partai Republik, Ben Carson (BC), yang juga
terang-terangan menyatakan ketidak setujuannya jika capres AS adalh
pemeluk Islam. BC mengatakan, dalam wawancara dengan stasiun NBC dlm
acara Meet The Press, yg disiarkan Minggu 20/9/15: "Saya tidak akan
mendukung untuk menjadikan seorang Muslim memimpin negeri ini... Saya
sama sekali tidak akan menyetujuinya." ("I would not advocate that we
put a Muslim in charge of this nation,... I absolutely would not agree
with that). Ketika ditanya apa alasannya, BC menyatakan bahwa "Agama
Islam tidak konsisten dengan Konstitusi AS." (The Islamic faith as
inconsistent with the Constitution).
Ucapan BC sontak mendapat
kritik tajam dari berbagai kalangan, termasuk kolega capres dari Partai
Republik sendiri, misalnya dari Senator Lindsey Graham (LG), yang
meyebut ucapan tsb menandakan bahwa BC belum pantas menjadi seorang
Presiden di AS. Kalanga Partai Demokrat, seperti Hollary Clinton (HC)
dan Bernie Sanders (BS) juga mengritik keras ucapan tsb, karena
jelas-jelas melanggar Konstitusi AS yang tidak menganggap agama sebagai
syarat seseorang menjadi Presiden. Pasal 6 Konstitusi jelas mengatakan
bahwa tidak ada prasyarat test keagamaan utk menentukan kualifikasi
calon pejabat negara ( “No religious Test shall ever be required as a
Qualification to any Office or public Trust under the United States.”)
Demikian pula Amandemen 1 Konstitusi, yang melarang pembentukan aturan
hukum terkait dengan suatu agama dan/ atau menghalangi pelaksanaan agama
secara bebas (the United States Constitution prohibits the making of
any law respecting an establishment of religion, impeding the free
exercise of religion).
Kelompok perlindungan HAM, khususnya
organisasi Islam di AS, seperti Dewan Masalah Hubungan Islam-Amerika
(The Council on American-Islamic Relations), meminta BC mencabut
ucapannya dan mengundurkan diri sebagai capres. BC menolak tuntutan tsb,
kendati ia kemudian 'memperhalus' dengan mengatakan bahwa dirinya
setuju jika pemeluk Islam menjadi anggota Kongres AS. Dalam hal ini BC
mirip dengan DT yang setelah kritik muncul thd dirinya, kini dia
mengatakan bahwaa dirinya tak keberatan jika ada seorang Muslim menjadi
anggota di Kabinetnya jika ia terpilih. DT juga menyatakan bahwa dirinya
punya banyak teman Muslim yang hebat-hebat dan mengagumkan.
Fenomena politik identias yang kemudian tampil dalam bentuk statemen-2
xenophobia di AS ini bisa jadi bahan pelajaran bagi pemimpin dan rakyat
Indonesia yg sedang membangun dan mengembangkan demokrasi. Dari
pengalaman bangsa yg sudah berdemokrasi lebih dari dua abad lamanya,
ternyata ancaman yg datang dari gagasan dan pikiran serta praktik-2
diskriminatif seperti rasisme masih tetap ada. Apalagi bangsa yg relatif
baru dalam menegakkan sistem demokrasi. Demokrasi bukanlah sebuah
sistem yang sekali jadi dan bisa diterapkan seperi ukuran baju yg
seragam. Demokrasi juga melibatkan gagasan, pikiran, budaya yang terus
menerus mesti dikembangkan, dipelihara dan dijaga dari ancaman-2.
Termasuk ancaman zenophobia, rasisme, kekerasan, dll.
Simak tautan ini:
http://www.cbc.ca/news/world/carson-muslims-president-1.3238042
0 comments:
Post a Comment