Istana kembali melakukan keteledoran yang serius dengan merespon rumor terkait permintaan maaf kepada PKI oleh Pemerintah Presiden Jokowi (PJ). Alih-alih membuat masalah menjadi tenggelam, Menteri Seskab, Pramono Anung (PA) seakan-akan malah membuatnya moncer dan marak, seperti istilah Jawa "kriwikan dadi grojogan' atau aliran air yg kecil menjadi sebuah air terjun. Namanya saja rumor politik yang dimunculkan oleh media sosial, tentunya akan beredar dan biasanya juga akan hilang sendiri dalam tempo cepat, secepat peredarannya. Publik yang mengakses medsos juga paham dan mampu menyaring mana kabar yang punya validitas dan mana yang cuma hoax. Kalaupun Pemerintah mau merespon, selayaknya jika respon itu juga proporsional. Bukan seperti yang dilakukan Menseskab yang seolah-olah mau menutup, tetapi sengaja atau tidak justru malah membuat hingar bingar!
Sudah terlalu sering dikemukakan bahwa salah satu kelemahan terbesar dalam Pemerintahan PJ adalh soal komunikasi publik. Hal ini disebabkan karena masih sulitnya para penghuni Istana dan punakawannya untuk tidak pamer omongan dan mampu menahan diri utk melakukan komunikasi dengan publik secara sistematis dan terkelola. Mereka masih suka rapat di media dan bertanding utk saling menunjukkan kehebatan posisinya dengan mengumbar kata-kata dan saling silang di antara mereka sendiri. Akibatnya jelas fatal bagi sistem pengelolaan Pemerintahan. Paling tidak, Istana lalu sangat rentan dengan gosip dan disadari atau tidak menjadi salah satu sumber kesimpang siuran informasi di negeri ini.
Kembali kepada soal pengelolaan komunikasi publik terkait rumor. Sejatinya jika memang Istana sudah tahu sumber rumor dan tidak ingin diketahui publik, seharusnya tak perlu bekoar seperti PA. Bukankah Pemerintah punya intelijen yang punya kemampuan melakukan penyelidikan dan pengamanan? Jika memang intelijen kepolisian sudah diperintahkan bergerak utk menangkal penyebar rumor, tentunya tak perlu disiarkan di media. Kalau memang PA mau tegas dan gagah, umumkan saja oknum yg disangka melakukan perbuatan tsb dan diproses. Kalau cuma memberi informasi yang tidak jelas seperti sekarang, publik pasti akan berspekulasi dan media pasti akan berlomba mencari identitasnya, Kalau mereka tdk mampu menemukan, maka dibuatlah spekulasi yang kemudian harus dijawab lagi oleh Istana. Walhasil, Istana sejatinya melakukan tindakan sangat bodoh, yaitu menjebak dirinya sendiri!
Padahal statemen PJ mengenai masalah yang digosipkan itu sudah sangat jelas dan juga diberitakan di media. Yakni beliau tidak akan melakukan tindakan minta maaf kepada PKI terkait pemberontakan G/30/S pada September 1965 itu. Soal ada pihak yang setuju atau tidak, terima atau tidak, itu urusan lain. Tetapi statemen PJ sudah gamblang sebagai keputusan yang resmi dari Pemerintahnya. Nah jika hal tsb sudah begitu terang benderang, mengapa pula PA malah aneh-aneh dengan mengeksploitasi rumor? Publik yang kritis tentu akan bertanya "ada apa dengan PA kok malah melakukan hal seperti itu?
Simak tautan ini:
http://nasional.kompas.com/read/2015/09/30/17120421/Istana.Sudah.Tahu.Dalang.Penyebar.Fitnah.Jokowi.soal.PKI
http://nasional.kompas.com/read/2015/09/30/17120421/Istana.Sudah.Tahu.Dalang.Penyebar.Fitnah.Jokowi.soal.PKI
0 comments:
Post a Comment