Yang bagi saya
lebih penting adalah semangat saling menolong antara pihak-pihak yang
sering menjadi korban kekerasan berdasarkan kebencian (hatred) dalam
kasus ini. Masyarakat kulit hitam di AS masih tetap menjadi 'langganan'
perlakuan diskriminatif di beberapa negara bagian, khususnya di
pedalaman Selatan (deep South) seperti di Karolina Selatan (South
Carolina) itu. Bukan berarti di bagian Utara sudah tdk ada lagi perilaku
diskriminasi warna kulit, tetapi jumlah kejadian seperti perusakan
Gereja sepeti itu lebih banyak dijumpai di wilayah Selatan.
Memang diskriminasi ras di AS lebih mendalam ketimbang, misalnya, kesukuan karena faktor latar kesejarahan yg bisa dirunut sejak masa perdagangan budak-2 kulit hitam dari Afrika pada abad ke 17-18. Kendati agama (Kristen), yang dipeluk oleh warga kulit putih juga dipeluk oleh para keturunan warga kulit hitam, tetai tampaknya masih belum mampu mengusir sepenuhnya rasialisme. Gerakan-gerakan anti-rasialisme, uniknya, juga banyak dipelopori oleh para agamawan kulit hitam, seperti Dr. Martin Luther King (MLK) dan tentu saja idiom-2 pembebasan manusia dari belenggu diskriminasi rasial diambil dari Kitab Suci yang sama.
Lebih dari dua abad usia negeri Paman Sam itu, tetapi luka-2 karena kebencia ras tsb masih terus menerus muncul dan/ atau dimunculkan. Karenanya, solidaritas lintas-agama seperti yg dilakuka oleh ummat Muslim AS itu menjadi sangat penting artinya, karena hal itu menunjukkan adanya landasan bersama (common ground) dari ummat beragama utk bekerja sama, bahu membahu, memberantas kebencian. Perbedaan keimanan tdk boleh menghalangi munculnya solidaritas kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), tetapi sebaliknya, bisa ikut memperkuat. Ini adalah sebuah peristiwa yang perlu dicermati dan dicontoh, bahkan oleh bangsa Indonesia yg sudah lebih lama melakukan kerjasama komunitas lintas-iman tsb. Semoga...
Simak tautan ini:
http://internasional.kompas.com/read/2015/07/09/17365831/Organisasi.Muslim.AS.Bantu.Renovasi.8.Gereja.Kulit.Hitam.yang.Dibakar
Memang diskriminasi ras di AS lebih mendalam ketimbang, misalnya, kesukuan karena faktor latar kesejarahan yg bisa dirunut sejak masa perdagangan budak-2 kulit hitam dari Afrika pada abad ke 17-18. Kendati agama (Kristen), yang dipeluk oleh warga kulit putih juga dipeluk oleh para keturunan warga kulit hitam, tetai tampaknya masih belum mampu mengusir sepenuhnya rasialisme. Gerakan-gerakan anti-rasialisme, uniknya, juga banyak dipelopori oleh para agamawan kulit hitam, seperti Dr. Martin Luther King (MLK) dan tentu saja idiom-2 pembebasan manusia dari belenggu diskriminasi rasial diambil dari Kitab Suci yang sama.
Lebih dari dua abad usia negeri Paman Sam itu, tetapi luka-2 karena kebencia ras tsb masih terus menerus muncul dan/ atau dimunculkan. Karenanya, solidaritas lintas-agama seperti yg dilakuka oleh ummat Muslim AS itu menjadi sangat penting artinya, karena hal itu menunjukkan adanya landasan bersama (common ground) dari ummat beragama utk bekerja sama, bahu membahu, memberantas kebencian. Perbedaan keimanan tdk boleh menghalangi munculnya solidaritas kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), tetapi sebaliknya, bisa ikut memperkuat. Ini adalah sebuah peristiwa yang perlu dicermati dan dicontoh, bahkan oleh bangsa Indonesia yg sudah lebih lama melakukan kerjasama komunitas lintas-iman tsb. Semoga...
Simak tautan ini:
http://internasional.kompas.com/read/2015/07/09/17365831/Organisasi.Muslim.AS.Bantu.Renovasi.8.Gereja.Kulit.Hitam.yang.Dibakar
0 comments:
Post a Comment