Partai Demokrat (PD)
mungkin menganggap pihaknya sedang bermain "cantik" dengan sikapnya yang
abu-abu di DPR terkait dengan masalah 'proyek genthong babi' (pork
barrel project) yg dinamakan "Dana Aspirasi DPR" (DA) itu. Di satu
pihak, Fraksi PD di DPR menerima keputusan sidang paripurna DPR kemarin
ttg DA. Namun di pihak lain, publik mencatat dengan baik cuitan Ketum
PD, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di twitter yang jelas sekali menolak
DA, sebagaimana beliau menolak pada masa menjabat sebagai Presiden. Tak
pelak lagi, kita dibawa kembali kepada drama plin-plan PD di penghujung
pemerintahan SBY ketika FPD menerima keputusan ttg Pilkada tidak
langsung, tetapi di pihak lain sang Presidedn (pada waktu itu)
mengatakan tidak. Hasilnya, PD memang mendapatkan jatah wakil ketua
DPR-RI, tetapi kemudian dibuat Perppu yg menganulir Pilkada tak langsung
itu.
Bisa jadi drama plin-plan tsb akan berulang lagi. Tujuannya
juga tak akan jauh-2 dari meciptakan citra seakan-akan PD tidak
menginginkan proyek genthong babi tsb, tetapi ujung-ujungnya menerima
juga setelah ternyata memenuhi "syarat" yang diajukan partai berlambang
Mercy tsb. Itulah sebabnya kini PD, termasuk Pak SBY mulai menggunakan
dalih-2 berupa kalimat-kalimat bersayap, seperti "PD akan tetap tolak
"dana aspirasi" tsb jika tak penuhi 5 faktor kritis yg akan disampaikan
FPD dlm pembahasan nanti." Dengan kalimat bersayap seperti ini, bisa
saja nanti FPD akan tetap menerimanya dengan alasan DPR sudah memenuhi
"5 faktor kritis" yang saya sendiri tidak jelas apa maksudnya itu.
PD terus mencoba menggunakan doktrin "partai penyeimbang" menjadi
semacam strategi komunikasi utk mengecoh publik. Dengan doktrin tsb
perilaku inkonsisten PD diharapkan bisa diberi rasionalisasi dan
pengabsahan sehingga publik bisa menerima (atau setidaknya memahami)
apapun keputusan yang dibuatnya. Sayangnya cara seperti ini bisa
beresiko sangat tinggi bagi kredibilitas dan integritas PD dan juga
respon publik yang dicoba untuk ditarik ke pada orbitnya. Sebab publik
di negeri ini semakin bisa melakukan penilaian mana yang retorika kosong
dan mana yang benar-benar sebuah kenyataan.
Dan kenyataannya,
kiprah PD di Parlemen lebih cenderung kepada pemihakan terhadap
keputusan-2 yang tidak disukai oleh publik. Ini pada gilirannya bisa
menciptakan pukulan balik (backlash). PD seharusnya masih ingat
bagaimana respon publik ketika kampanye "Katakan TIDAK kepada korupsi"
yg digembar-gemborkannya ternyata tidak terbukti, malah banyak diantara
elitenya menjadi sasaran pemeriksaan KPK serta masuk penjara!
PD
dan elitenya tampaknya masih berada di dalam hayalan, bahwa publik di
negeri ini masih terbuai dengan pencitraan masa lalu dari Pak SBY. Saya
kira lebih baik mereka segera bangun dari mimpi dan menghadapi realitas
seerti apa adanya. Kekalahan pada Pemilu 2014 bisa jadi akan berulang
atau malah lebih parah lagi jika partai yg pernah menjadi pemenang
Pemilu tsb kian ditinggalkan oleh rakyat Indonesia.
Simak tautan ini:
http://news.liputan6.com/read/2258443/sby-fraksi-demokrat-tolak-dana-aspirasi-jika
0 comments:
Post a Comment