Elit Golkar mencoba "menjual kecap" bahwa sudah tidak ada masalah bg
partai tsb utk ikut Pilkada, karena terjadi "islah sementara" antara dua
kubu yg bertengkar. Tapi, usut punya usut, hal itu hanya 'wishful
thinking' dan 'gimmick' politik saja. Pasalnya, kendati sudah ada islah,
membentuk tim gabungan, dan ada kesepakatan empat poin utk menjaring
calon-2 peserta Pilkada, toh akhirnya mentok pada soal siapa yg akan
menandatangani calon-2 tsb utk dibawa ke KPU. Soal "siapa" ini tidak
main-2, karena harus pihak yg dianggap sah secara hukum memegang
kewenangan sebagai Ketum dan Sekjen DPP Golkar. Sampai saat ini kedua
kubu masih 'bengkerengan' tidak ada yang mengalah. Kubu ARB mengklaim
menang di PTUN, kubu AL mengklaim pihaknya yg mendapat pengesahan
Kemenkumham dan fakta bahwa putusan PTUN belum inkracht! (http://www.cnnindonesia.com/politik/20150601140152-32-56957/gugatan-ical-dikabulkan-pengadilan-lagi-agung-status-quo/)
Secara politis, kubu ARB mendapat dukungan penuh dari KMP yg berkepentingan agar partai tsb tidak hengkang dari kelompok oposisi tsb. Kubu AL didukung KIH dan Pemerintah karena sudah janji bahwa jika menang, Golkar akan dibawa hijrah ke kubu tsb. Sayangnya, manuver Menkumham masih mentok di PTUN dan kubu AL pun tampaknya masih kedodoran di Parlemen utk membendung serangan KMP. Sementara itu proses pendaftaran Pilkada kian mendekat dan DPD-DPD Golkar juga mulai galau dengan prospek tidak bisa ikut Pilkada. Mungkin saja sebagian dari mereka sudah mulai ancang-ancang pindah gerbong!
Nasib Golkar benar-2 akan sangat mengenaskan jika didiskualifikasi sebagai peserta Pilkada. Sebab absennya dari Pilkada bisa jadi merupakan sebuah awal dari akhir partai yg pernah 'mahakuasa' di negeri ini. Partai Orde Baru yg seakan-akan "terlalu besar utk bisa pecah" itu, nyatanya kini sedang terancam keberadaannya. Para elite Golkar, yg dikenal paling piawai dalam berpolitik di negeri ini, ternyata kini sedang mengalami kemarau ide dan mati langkah karena nafsu berkuasa yg tak kenal mengalah. Apakah ini memang merupakan sebuah vonis sejarah? Waktu jualah yg akan menjadi saksi...
Simak tautan ini:
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/06/01/078671117/kubu-agung-tak-ada-islah-di-rumah-jk
Secara politis, kubu ARB mendapat dukungan penuh dari KMP yg berkepentingan agar partai tsb tidak hengkang dari kelompok oposisi tsb. Kubu AL didukung KIH dan Pemerintah karena sudah janji bahwa jika menang, Golkar akan dibawa hijrah ke kubu tsb. Sayangnya, manuver Menkumham masih mentok di PTUN dan kubu AL pun tampaknya masih kedodoran di Parlemen utk membendung serangan KMP. Sementara itu proses pendaftaran Pilkada kian mendekat dan DPD-DPD Golkar juga mulai galau dengan prospek tidak bisa ikut Pilkada. Mungkin saja sebagian dari mereka sudah mulai ancang-ancang pindah gerbong!
Nasib Golkar benar-2 akan sangat mengenaskan jika didiskualifikasi sebagai peserta Pilkada. Sebab absennya dari Pilkada bisa jadi merupakan sebuah awal dari akhir partai yg pernah 'mahakuasa' di negeri ini. Partai Orde Baru yg seakan-akan "terlalu besar utk bisa pecah" itu, nyatanya kini sedang terancam keberadaannya. Para elite Golkar, yg dikenal paling piawai dalam berpolitik di negeri ini, ternyata kini sedang mengalami kemarau ide dan mati langkah karena nafsu berkuasa yg tak kenal mengalah. Apakah ini memang merupakan sebuah vonis sejarah? Waktu jualah yg akan menjadi saksi...
Simak tautan ini:
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/06/01/078671117/kubu-agung-tak-ada-islah-di-rumah-jk
0 comments:
Post a Comment