Kiprah NB sbg penyidik polisi dan KPK sering mengharuskannya berhadapan
dg elit Polri sendiri. Tak mengherankan jika kemudian menjadi musuh
momor bebuyutan daru sementara oknum yang merasa posisinya terancam jika
NB dibiarkan bebas dan menjadi penyidik KPK. NB bukannya surut, bahkan
memilih keluar dari korps baju cokelat dan bergabung total dg lembaga
antirasuah tsb. Ini tentu kian menambah kejengkelan dan kemarahan di
lingkungan elit Polri. Ujung2nya NB harus dijadikan target balas dendam.
Dan tak susah menemukan kasus utk digunakan sebagai wahana itu karena
secara teoretis polisi memang memiliki akses data dan berbagai mekanisme
utk keperluan tsb.
Nasib NB bisa saja akan mirip dg tokoh2 tragis dlm film2 thriller jika tdk mendapat dukungan dari KPK dan Presiden. KPK saja mungkin tdk cukup karena lembaga ini juga sedang dalam posisi defensif karena pelemahan yg dilakukan oleh pihak2 yg terancam oleh kiprahnya. Dan pihak2 tsb terdiri atas politisi, parlemen, korporasi, birokrasi pemerintah, dam aparat keamanan termasuk polisi! Jadi dukungan Presiden Jokowi (PJ) lah yg mungkin bisa efektif seperti halnya ketika NB 'diselamatkan' oleh Presiden SBY dalam episode Cicak vs Buaya ke II dulu.
Tentu saja dukungan masyarakat sipil juga sangat penting. Bagaimanapun juga NB adlah bagian integral dari agenda pemberantasan korupsi di negeri ini yg menjadi salah satu amanat reformasi. Namun dukungan ini pun masih kurang efektif jika tdk ada pengaruh kekuasaan yg riil dari Presiden. Bahkan ada indikasi bhw pihak Polri pun masih bergeming ketika orang nomor satu di negeri ini sudah memberi perintah agar NB tak ditahan!
Akankah Istana serius dlm mendukung NB? Saya berharap demikian karena hal ini juga merupakan peetaruhan kewibawaan politik PJ. Ketika PJ berkompromi dlm pemilihan wakapolri, mungkin beliau berharap urusan sudah selesai. Sayangnya ygbterjadi malah sebaliknya, ibarat kata pepatah "diberi hati malah merogoh ampela." Sedih memang!
(Artikel ini juga dimuat di rakyat merdeka online/RMOL: http://m.rmol.co/news.php?id=201126)
Nasib NB bisa saja akan mirip dg tokoh2 tragis dlm film2 thriller jika tdk mendapat dukungan dari KPK dan Presiden. KPK saja mungkin tdk cukup karena lembaga ini juga sedang dalam posisi defensif karena pelemahan yg dilakukan oleh pihak2 yg terancam oleh kiprahnya. Dan pihak2 tsb terdiri atas politisi, parlemen, korporasi, birokrasi pemerintah, dam aparat keamanan termasuk polisi! Jadi dukungan Presiden Jokowi (PJ) lah yg mungkin bisa efektif seperti halnya ketika NB 'diselamatkan' oleh Presiden SBY dalam episode Cicak vs Buaya ke II dulu.
Tentu saja dukungan masyarakat sipil juga sangat penting. Bagaimanapun juga NB adlah bagian integral dari agenda pemberantasan korupsi di negeri ini yg menjadi salah satu amanat reformasi. Namun dukungan ini pun masih kurang efektif jika tdk ada pengaruh kekuasaan yg riil dari Presiden. Bahkan ada indikasi bhw pihak Polri pun masih bergeming ketika orang nomor satu di negeri ini sudah memberi perintah agar NB tak ditahan!
Akankah Istana serius dlm mendukung NB? Saya berharap demikian karena hal ini juga merupakan peetaruhan kewibawaan politik PJ. Ketika PJ berkompromi dlm pemilihan wakapolri, mungkin beliau berharap urusan sudah selesai. Sayangnya ygbterjadi malah sebaliknya, ibarat kata pepatah "diberi hati malah merogoh ampela." Sedih memang!
(Artikel ini juga dimuat di rakyat merdeka online/RMOL: http://m.rmol.co/news.php?id=201126)
0 comments:
Post a Comment