Jika dilihat dari kacamata elit PD, maka Konggres ke 4 di Surabaya ini tentu dianggap berhasil dan sukses. Tentu ukurannya adalah terpilihnya Pak SBY sebagai Ketum DPP PD secara aklamasi. Dalam self-understanding elit PD, pengalaman terpilihnya Ketum melalui Konggres secara tidak bulat seperti dlm Konggres ke 2 di Bandung adalah traumatik. PD, atau lebih tepatnya elit di PD, ternyata pelan tapi pasti mengalami faksionalisme yg berujung perpecahan dan keterpurukan partai dlm Pemilu 20014. Hanya karena karisma pak SBY dan ditopang oleh posisi beliau sebagai Presiden RI saja yang merupakan modal terbesar sehingga PD tidak terperosok mengalami proses penggureman. Karena itu, sekali lagi dalam self understanding elit PD, memilih Pak SBY secara aklamasi sebagai Ketum bukanlah soal teknis prosedural atau sekadar menunjukkan masih kuatnya Presiden RI ke 6 itu. Pilihan aklamasi adalah masalah eksistensial bagi partai Mercy tsb.
Dari kacamata orang luar PD, tentu berbeda halnya. Hajatan Rp 9, 5 miliar itu hanyalah peneguhan pandangan bahwa Pak SBY dan PD adalah identik, sama juga dengan 'nasib' parpol-2 seperti PDIP, Hanura, Nasdem, dan Gerindra. Karena itu tidak ada hal yg perlu ditepuk-tangani, apalagi dianggap sebagai kejutan. Kalau toh ada semacam "kejutan", maka hal itu bukan karena soal ada Konggres tandingan pihak yang berseberangan dengan DPP PD. Tetapi hal-hal periferal seperti sepinya pembukaan itu dari kehadiran petinggi2 kubu KMP, yg hanya ada satu yaitu PAN. Juga kehadiran Presiden Jokowi (PJ) yg menarik simpati dan tepuk tangan peserta konggres, termasuk dari Pak SBY. Dari sisi substansi pidato-pidato yg sudah muncul di ruang publik pun tak ada yg luar biasa. Jadi?
Perhelatan ini akan bermakna jika nanti struktur DPP PD yg baru (2015-2020) diumumkan dan ternyata ada perubahan yg cukup fundamental di posisi strategis, terutama Sekjennya. Saya pernah menulis di wall ini bahwa Ibas tidak tepat utk menjadi Sekjen dalam menghadapi tantangan yg dihadapi PD pada 5 th yad. Apalagi jika target paling penting dan jika secara aturan hukum dimungkinkan adalah mengusung kembali Pak SBY sebagai capres pada 2019 dan memenangkan PD dalam Pileg 2019. Untuk keperluan itu, struktur DPP PD yg baru mesti mengalami overhaul alias perombakan personel yang serius, fundamental, dan militan. Tokoh-2 seperti Chaerul Tanjung, Dipo Alam, Gita Wiryawan, dan bahkan Dino Pati Djalal barangkali harus dirayu utk ikut masuk membenahi kinerja DPP. Sedangkan tokoh-2 semacam Marzuki Alie, Alen Marbun, Max Sopacua, dsb kalau tidak diparkir ya "ditendang ke atas", sebagai penasihat partai dan semacamnya. Bahkan Ibas pun mesti diminta ikhlas mengurus Fraksi PD di DPR agar lebih banyak berkiprah dalam dunia politik riil.
Tanpa ada overhaul struktur DPP PD, maka perhelatan yang cukup mahal ini tentu hampa makna. Kecuali jika dilihat hanya dari kepentingan elit DPP PD saja.
Simak tautan ini:
http://politik.rmol.co/read/2015/05/13/202498/Hayono-Isman-Imbau-Hindari-Feodalisme-dalam-Penyusunan-Pengurus-Baru-
Wednesday, May 13, 2015
Home »
» APA HASIL HAJATAN RP 9, 5 MILIAR PARTAI DEMOKRAT?
0 comments:
Post a Comment