Tetapi "kethoprak" yg satu ini, sidang pra-peradilan Komjen Budi
Gunawan (BG) ini sama sekali tidak ada guyonnya, makanya tidak lucu dan
membosankan. Saya menamakannya sebagai kethoprak, bukan proses
peradilan, karena sebetulnya tidak layak disebut sebagai sebuah
pagelaran proses hukum yg serius dan perlu diliput besar-2an oleh media,
dan dikomentari banyak-2 oleh para pakar yang betulan. Ini semacam
tontonan "kethoprak" (itupun masih dalam tanda kutip) karena di dalamnya
walaupun ada pagelaran, ada plot, ada cerita, tetapi minus pendidikan,
dan lebih-lebih lagi tanpa ada humornya. Ini hanyalah sebuah pagelaran
utk menunjukkan bahwa para pemain itu punya kuasa yg mesti ditonton oleh
rakyat Indonesia, dg tujuan supaya mereka takut dan tunduk, tidak
membuat para pemilik kuasa itu 'anyel' alias jengkel.
Karena itu walaupun para pemain 'kethoprak" itu mencoba serius, mereka tetap saja gagal. Misalnya dg menghadirkan barang bukti berupa foto-2 Abraham Samad (AS) dan Bambang Wdjojanto (BW) sedang meringis dan nyengir. Para pengacara BG mengatakan gambar itu menjadi bukti bhw AS dan BW sedang mengejek kliennya. Dan mengejek orang berkuasa itu hukumnya dilarang, karena mereka sama dengan mengejek negara. Itu baru urusan nyengir. Bayangkan kalau mereka ngakak atau nungging, misalnya, tentu semakin seru tudingan para pengacara BG itu. Bukan saja mengejek klien, tetapi mungkin sudah mengejek seluruh bangsa. Dan selain foto itu masih ada puluhak "bukti" lain, yang tentu dicari-2 kaitannya. Kalau pun misalnya ada batu kali pun akan dicari kaitannya dg konspirasi KPK menghadang pencakapolrian BG.
Kethoprak adalah semacam drama yg biasanya mengritik kekuasaan yang lalim lewat humor-2nya. Nah, "kethoprak" di Pengadilan Jaksel ini, justru sebaliknya, malah melecehkan nalar sehat dan nurani. Kethoprak minus humor ini adalah parodi sebuah tontonan kekuasaan yang kehilangan nalar dan nurani. Ia bukan saja tdk memiliki humor, tetapi saya yakin malah dibalik menjadi bahan humor oleh para penontonnya, yaitu rakyat Indonesia. Kethoprak pra-peradilan BG, adalah guyon paling hitam mengalahkan mendung gelap yang memayungi Jakarta hari-hari ini.
Simak tautan ini:
http://www.tempo.co/read/news/2015/02/10/063641376/Mimik-pun-Jadi-Bukti-di-Sidang-Budi-Gunawan
Karena itu walaupun para pemain 'kethoprak" itu mencoba serius, mereka tetap saja gagal. Misalnya dg menghadirkan barang bukti berupa foto-2 Abraham Samad (AS) dan Bambang Wdjojanto (BW) sedang meringis dan nyengir. Para pengacara BG mengatakan gambar itu menjadi bukti bhw AS dan BW sedang mengejek kliennya. Dan mengejek orang berkuasa itu hukumnya dilarang, karena mereka sama dengan mengejek negara. Itu baru urusan nyengir. Bayangkan kalau mereka ngakak atau nungging, misalnya, tentu semakin seru tudingan para pengacara BG itu. Bukan saja mengejek klien, tetapi mungkin sudah mengejek seluruh bangsa. Dan selain foto itu masih ada puluhak "bukti" lain, yang tentu dicari-2 kaitannya. Kalau pun misalnya ada batu kali pun akan dicari kaitannya dg konspirasi KPK menghadang pencakapolrian BG.
Kethoprak adalah semacam drama yg biasanya mengritik kekuasaan yang lalim lewat humor-2nya. Nah, "kethoprak" di Pengadilan Jaksel ini, justru sebaliknya, malah melecehkan nalar sehat dan nurani. Kethoprak minus humor ini adalah parodi sebuah tontonan kekuasaan yang kehilangan nalar dan nurani. Ia bukan saja tdk memiliki humor, tetapi saya yakin malah dibalik menjadi bahan humor oleh para penontonnya, yaitu rakyat Indonesia. Kethoprak pra-peradilan BG, adalah guyon paling hitam mengalahkan mendung gelap yang memayungi Jakarta hari-hari ini.
Simak tautan ini:
http://www.tempo.co/read/news/2015/02/10/063641376/Mimik-pun-Jadi-Bukti-di-Sidang-Budi-Gunawan
0 comments:
Post a Comment