Saya tidak
setuju dg statemen Kombes Awi Setiyono (AS) dari Polda Jatim bhw
larangan memakai atribut Natal yg disebarluaskan oleh kelompok Jemaah
Ansyarus Duariah (JAS) sebagai bukan ancaman toleransi beragama.
Setidak2nya Polda Jatim harus menggunakan argumen yg lebih komprehensif
ttg mslh ancaman, bukan hanya yg menurut anggapan subyektif atau legal
formal saja. Ini sama saja dengan membiarkan api dlm sekam yg karena tdk tampak dan tak ada asap lal7 dianggap tdk berpotensi membakar.
Polri makin lama makin tdk peka dlm menyikapi ancaman thd kehidupan
bermasyarakat karena para petingginya kehilangan sensitifitas thd bahaya
yg bisa muncul. Mereka hanya berpegang pd peristiwa yg sudah terjadi
dan bukan mengantisipasi kemungkinan akan adanya peristiwa yg bisa
berdampak serius dlm jangka panjang. Kelompok2 garis keras spt JAS itu
tentu akan merasa mndpt peluang dg adanya pembiaran Polisi spt ini dan
cenderung meningkatkan kampanye2 mereka. Apalagi jika ummat Islam dan
ormas2 Islam mainstream juga berdiam diri. Maka api dalam sekam pun
nanti akan berubah jadi kobaran tetapi dianggap normal belaka.
Kalau sidah seperti ini, akan makin jauh saja berharap bhw ralyat akan
mempercayai omongan dan kamoanye Polri sebagai pelayan dan pelindung
masyarakat. Bagaimana mungkin pramg akan percaya dg aoarat yg tdk peka
thd bahaya yg mengancam? Negara dan masyarakat yg majemuk memerlukan
kewaspadaan ekstra thd bahaya yg bs merusak kebersamaan dan kesatuan.
Dan alat negara spt Polri adlh salah satu yg paling bertanggungjawab dlm
hal ini. Sungguh sangat besar resiko bagi NKRI jika Polri ternyata
menjadi bagian dari masalah dan bukan bagian dari pemecahan masalah
bangsa!
Simak tautan ini:
http://www.tempo.co/read/news/2014/12/22/058630257/Polisi-Sebut-Melarang-Atribut-Natal-Bukan-Ancaman
Monday, December 22, 2014
Home »
» INSENSITIFITAS POLRI THD ANCAMAN KESATUAN BANGSA
0 comments:
Post a Comment