Kemungkinan sangat besar, Munas Golkar di Bali akan berakhir tanpa kejutan berarti dan Aburizal Bakrie (ARB) akan terpilih kembali sebagai Ketum DPP Golkar utk lima tahun yad. Hal ini juga sudah banyak diperkirakan oleh pengamat politik, temasuk saya juga mengatakan demikian dlm TL beberapa hari lalu. Kekuatan Golkar Perjuangan (GP) yg dipimpin Agung Laksono (AL) bukan saja gagal membendung laju ARB dalam mobilisasi dan konsolidasi kekuatannya utk tetap menyelenggarakan Munas di Bali pada 30 November, tetapi juga terancam cerai berai. Dimulai ketika Prof. Dr. Muladi menolak masuk dalam apa yg disebut Tim Penyelamat Golkar, lalu disusul hengkangnya Hajriyanto Y. Tohari dari kelompok yang sama, dan menguatnya suara mendukung Munas Bali di dalam Dewan Perimbangan DPP Golkar pimpinan Akbar Tanjung.
AL dkk mencoba meminjam tangan Pemerintah Jokowi, melalu Menko Polhukam dan Mendagri. Alih-alih kedua Menteri itu berhasil menghentikan ARB dkk, justru keduanya menjadi bahan olok-olok, sindiran, dan kritik tajam dari publik. Sayangnya, ketidak-becusan kedua Menteri tsb dalam mengelola masalah politik yg muncul akibat konflik internal Golkar harus dibayar mahal dengan munculnya kritik yang diarahkan kepada Presiden Jokowi, seakan-akan beliau ikut berpihak dalm kemelut internal partai berlambang beringin tsb. Kegagalan AL dkk makin nyata ketika dia dan beberapa pendukungnya "nongol" di Bali tetapi tidak digubris oleh ARB dkk. Bisa saja AL berkilah bahwa kedatangannya sekadar melakukan pemantauan, tetapi pemaknaan politik cenderung mengatakan bahwa manuver AL dkk kandas di Bali.
Apa implikasi kemenangan ARB dkk?. PERTAMA, tentu peneguhan komitmen Golkar ARB ini kepada koalisi KMP. Dukungan KMP yg total thd penyelenggaraan Munas Bali itu menunjukkan bahwa resiko politik akan besar jika ARB tidak berhasil menyelenggarakannya, khususnya bagi dominasi KMP di DPR. KEDUA, perseteruan ARB dkk vs AL dkk, bisa saja akan berlangsung pasca-Munas dan melahirkan Golkar Perjuangan atau parpol sempalan yg baru. Ini sangat tergantung apakah AL dkk masih bisa melakukan konsolidasi dan mobilisasi pendukung Golkar di daerah-2 utk bisa menyelenggarakan Munas tandingan. KETIGA, kondisi perpolitikan di DPR akan makin labil dan tidak kondusif bagi Pemerintah Jokowi jika KMP kian agresif dalam menekan Pemerintah. Apalagi jika kualtias para pembantu Preiden Jokowi masih sangat rendah seperti yang ditunjukkan oleh Menko Polhukam dan Mendagri saat ini. KEEMPAT, Golkar di bawah kepemimpian ARB yg kedua ini akan makin merosot daya tariknya bagi publik, kendati belum akan membuatnya bubar jalan. Golkar akan mengalami "involusi" politik yang membawanya semakin jauh dari kejayaan masa lalu pada masa Orba.
Simak tautan ini:
http://politik.rmol.co/read/2014/12/01/181817/Skema-Aklamasi-Pemilihan-ARB-
Monday, December 1, 2014
Home »
» IMPLIKASI KEMENANGAN ARB DALAM KONFLIK GOLKAR
0 comments:
Post a Comment