Perkembangan politik pasca Munas Golkar di Bali, ternyata bukan hanya terbatas di batang tubuh partai Orba tersebut, tetapi imbasnya terkait dg keberlangsungan KMP, koalisi besutan Prabowo Subianto (PS) dkk yang kini menguasai DPR RI. Perkembangan yg saya maksud adalah pertikaian internal antara dua pentolan KMP, Aburizal Bakrie (ARB) vs Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berawal dari kesepakatan mendukung Perppu Pilkada yg diajukan beberapa waktu menjelang berakhirnya Pemerintahan SBY. Semua orang tahu, ini diawali ketika Partai Demokrat (PD) melakukan manuver politik "Gajah" dengan walkout di dalam sidang paripurna yang kemudian melahirkan UU Pilkada yg menetapkan mekanisme Pilkada tidak langsung. SNY kemudian merasa langkah partainya keliru dan kemudian menerbitkan Perppu Pilkada menggatikan UU sebelumnya. Hasil dari drama "Gajah" itu adalah: PD masuk ke dalam KMP dg mendapatkan berbagai posisi strategis di Parlemen (MPR dan DPR). Pada saatyg sama SBY mempertahan citra seolah-olah masih konsisten dengan sistem Pilkada langsung (Pildasung)!
Sayangnya, sikap dan manuver SBY dan PD tersebut terlanjur dianggap sebagai sebuah penghianatan, bukan saja oleh parpol dalam kubu KIH, tetapi juga sebagian publik di Indonesia. Alasan SBY dan PD bahwa mereka sudah membuat Perppu Pilkada, tidak serta merta mendapat respon positif, karena masih belum ditetapkan sebagai UU yang permanen oleh DPR. Kini kecurigaan thd PD makin nyata setelah Golkar terang-2an menolak Perppu tsb ditetapkan sebagai UU dan menggunakan penolakan tsb sebagai iming-2 bagi pendukung pencalonan ARB sebagai Ketum dalam Munas di Bali. Tak pelak lagi SBY dan PD pun langsung mencap Golkas sebagai pengkhianat dengan alasan bahwa ada kesepakatan bhw KMP mendukung Perppu nanti. Singkat cerita, "pengkhianat" yang satu pun berantem dengan "pengkhianat" yang lain. Apa akibatnya thd KMP?
Jika PD dan Golkar tdk bisa didamaikan, maka PD akan desersi ke kubu KIH. Ini akan menjadi pukulan berat bagi KMP yang juga sudah ditinggal PPP. Berikutnya, jika SBY kemudian mengajak Hatta Rajasa (HR) agar meninggalkan KMP, maka PAN pun akan hengkang. KMP hanya tersisa Gerindra, Golkar, dan PKS. Dan ini jelas merupakan kiamat politik bagi kubu oposisi tsb di Parlemen. Kalau kubu Agung Laksono (AL) nanti berhasil menggelar Munas Golkar tandingan, dan kemudian mendapat dukungan legal dan politik, kemungkinan terjadinya hijrah Golkar dari KMP juga makin besar. Walhasil, soliditas KMP yg digebar-gemborkan beberapa waktu belakangan, bisa bernasib seperti rumah-rumahan dari kartu remi. Begitu tertiup angin, langsung lenyap.
Masalahnya, mampukah KIH bermain cantik dan cerdas dalam menyikapi dan memanfaatkan peluang dari konflik internal di KMP ini? Tampaknya hal ini masih merupakan tanda tanya besar, mengingat kemampuan bermanuver para politisi KIH yang belum lihay saat menghadapi krisis di DPR beberapa waktu lalu. PDIP, sebagai pemimpin koalisi KIH, seharusnya memanfaatkan politsi sekaliber Pramono Anung (PA) dan Arya Bima (AB) dlm mengambil langkah-2 strategis. Bukan malah memberikan podium kepada politisi-2 yang keras bicaranya, tetapi malah kontra-produktif hasilnya.
Simak tautan ini:
http://www.tempo.co/read/news/2014/12/06/078626679/Survei-Mengatakan-Golkar-Berkhianat-kepada-SBY
Saturday, December 6, 2014
Home »
» GARA-2 SESAMA "PENGHIANAT" BERTARUNG, KMP BISA MATI DI TENGAH-TENGAH
0 comments:
Post a Comment