Mencermati pandangan Hajriyanto Y. Tohari (HT), mantan Wakil Ketua MPR RI dan salah satu pentolan di DPP Golkar, ttg kemelut dalam partai tsb., saya melihat selain ironis juga petunjuk bahwa perpecahan tersebut akan berpotensi lahirnya dualisme kepemimpinan, dan bahkan prospek muunculnya satu lagi partai sempalan Golkar. Mengapa demikian?
1). HT mengatakan bhw pangkal persoalannya bukanlah masalah fundamental, tetapi "hal waktu penyelenggaraan musyawarah nasional" saja. Ini yg saya sebut ironis, karena Golkar adlh partai yang paling berpengalaman dan paling disiplin serta memiliki tokoh-2 yang berkelas nasional. Tetapi jika hanya soal waktu Munas saja berantem, tampaknya tidak masuk akal. Pasti ada persoalan yg fundamental, khususnya perebutan kekuasaan yaitu posisi Ketum yg akan menentukan pilihan Golkar dalam pemerintahan. Golkar bukanlah parpol yg biasa menjadi oposan, dan ini adalah fundamental karena sudah menjadi DNA partai beringin tsb.
2). HT mengatakan bahwa "perpecahan baru terjadi di kalangan elit politik, dan belum merangsek pada kalangan bawah." Saya juga merasa ini sebuah ironi, karena Golkar memiliki kultur politik patrimonial, apa kata boss itu kata anggota sampai di lapis bawah. Jadi, kalau perpecahan ini terjadi di tingkat pimpinjan, saya yakin yang di bawah juga akan ikut terbawa. Soal kapan perpecahan itu akan marak di bawah, itu mungkin beda dengan parpol lain yg tdk sebesar dan semengakar Golkar.
3). HT menyatakan juga bhw "kalau sampai munas ini buru-buru diselenggarakan, November dan Januari tahun depan, pasti akan terjadi dualisme kepemimpinan" yang akibatnya "... akan merambah ke kalangan bawah dan sulit diselesaikan." Jadi, lebih ironis lagi, karena ini tabrakan dengan statemen yg sebelumnya, seakan-2 problemnya masih terbatas di elit dan tidak fundamental. Tetapi dalam nafas yang sama, HT pun khawatir ada perpecahan sampai di bawah. Ini justru berarti fundamental, bukan?
Walhasil, mau ditutupi kayak apa saja, Golkar sedang mengalami implosi (peledakan dari dalam) yang bisa mengancam eksistensinya sebagai sebuah partai yang pernah digdaya di negeri ini selama tiga dasawarsa lebih. Kendati para elitnya mencoba mencitrakan seolah-2 masalah ini sepele atau tidak serius, tetapi fakta di lapangan menunjukkan lain. Selain Golkar telah "beranak-pinak" menjadi bbrp parpol (PKPB, PKPI, Hanura, Gerindra, dan Nasdem), ia juga masih terus mengalami perpecahan di atas. Dan karena Golar adalah sebuah partai yg berkultur patrimonial, maka perpecahan di tingkat elit akan merambat ke bawah. Soal waktunya kapan, itu sangat relatif. Barangkali sudah waktunya menulis sebuah kisah tentang SANDHYAKALANING GOLKAR?
Simak tautan ini:
http://regional.kompas.com/read/2014/11/30/08112671/Hajriyanto.Akar.Perpecahan.Golkar.Tidak.Fundamental
Sunday, November 30, 2014
Home »
» DUALISME KEPEMIMPINAN ATAU "SANDHYAKALANING GOLKAR?"
0 comments:
Post a Comment