Terus terang saya tak percaya sama sekali dg ocehan Allan Nair (AN) yg diberitakan tempo.co ini. Wartawan AS tsb bilang bhw mantan Waka BIN yg juga Waketum PBNU, As'ad Ali (AA) mengakui dirinya "bertanggungjawab atas kematian Munir" dalam sebuah wawancara. AN pernah juga menggunakan klaim yg mirip ketika dia menulis ttg Prabowo Subianto (PS), yakni hasil wawancara 'off the record' yg dia buka utk publik. Wartawan ini, dg mengatasnamakan jurnalisme investigasi, hemat saya mencoba mempengaruhi publik Indonesia dg informasi yg sulit utk dibuktikan atau diverifikasi validitasnya. Hasilnya, bisa jadi hanya fitnah atau minimum sebuah sensasi politik murahan belaka.
Saya menganggap ocehan AN ttg statemen AA sebagai tidak nalar dan sangat lemah. Tidak mungkin menurut nalar yg waras, seoramg pejabat intelijen buka mulut semaunya kepada wartawan asing yg reputasinya dikenal kurang bagus di negeri ini. Sebodoh2 agen intelijen, jika ia buka mulut tentu melihat dulu siapa yg diajak bicara dan apa gunanya. AA jelas bukanlah seorang pejabat intelijen kemarin sore, dan jelas bukan orang bodoh. Fakta bhw beliau menjadi orang sipil pertama yg mencapai karir waka BIN tentu cukup menjadi bukti kecakapan dan keahliannya. Apakah AN sudah demikian hebat dan penting sehingga bisa membuat seorang AA bicara dan bahkan mengaku terlibat dlm kasus pembunuhan Munir kpd dia? Yg lebih penting lagi mana bukti yg diberikan AN kpd wartawan tempo.co dan apkh sufah divalidasi akurasinya serta ditanyakan kpd AA sebelum memuat ocehan tsb?
Agar kita tak terjebak dlm teori konspirasi atau dianggap anti orang asing atau anti wartawan dan media,, saya kira AN mesti diusut omongannya secara tuntas. Demikian pula tempo.co harus diminta menjadi saksi dlm pengusutan tsb. Sebab AA bukan saja mantan pejabat intelijen negara, tetapi juga tokoh NU, sebuah ormas Islam terbesar di negeri ini yg punya reputasi baik dan terhormat dlm urusan membela HAM. Reputasi AA dan NU dipertaruhkan jika beliau dituding sebagai oramg yg bertanggungjawab dlm pembunuhan tokoh HAM yg juga dihormati oleh alm GD dan merupakan salah seorang teman seperjuangan ketika beliau berdua masih hidup. Setidaknya kita minta AN harus bisa membuka hasil wwcr tsb kpd publik dan dibuktikan apakah AA benar2 mengucapkan hal itu atau cuma tafsir AN sendiri (kalau wwcr itu ada).
AN punya hak bicara tetapi tidak punya hak membuat berita bohong dan/atau fitnah. Dia tdk berhak menyalahgunakan profesi kewartawanannya utk merusak pandangan publik, termasuk publik di Indonesia. AN boleh2 saja mendukung teman2nya atau siapapun di Indonesia tetapi tdk boleh dengan cara manipulatif dan distortif. Dan sebagai seorang warga nahdliyyin dan orang Indonesia, saya mengusulkan agar AN dikonfrontasikan dg pihak yg dituduh, yaitu AA, kalau perlu di saksikan oleh publik di Indonesia. Ini adlh cara membuktikan mana yg benar dan mana yg salah yg paling elegan dan fair serta tdk usah mbulet. Saya yakin AA akan dg senang hati melakukannya jika AN mau dan siap serta bertanggungjawab. Kalau AN menolak dan mbulet, mk saya akan bilang "Why don't you just shut the hell up, and mind your own business!!"
Simak tautan ini:
http://m.tempo.co/read/news/2014/11/03/078619290/Allan-Nairn-Sebut-Asad-dan-Sjafrie-Bermasalah
0 comments:
Post a Comment