Usulan Partai Demokrat (PD) agar Jokowi menggunakan mobil Esemka untuk para Menterinya nanti, menurut hemat saya, hanyalah refleksi sikap nyinyir saja karena "jebakan Batman" berupa mobil Mercy ditolak mentah-2. PD merasa tersinggung dan mencoba membalas dg usul mobil Esemka yg merupakan rintisan Jokowi saat masih Walikota Solo. Tidak ada substansi usulan tsb kecuali sekadar manuver murahan, karena siapapun tahu bahwa mobil pejabat tinggi negara standarnya beda dengan, katakanlah, mobil milik publik.
Idealnya tentu mobil nasional seperti Esemka harus mendapat perhatian dan diteruskan sehingga benar-2 memenuhi persyaratan sebagai mobil komersial dan kemudian bisa digunakan secara nasional oleh para pejabat dari seluruh tingkatan. Tetapi jelas bukan untuk saat ini. Lagipula Presiden terpilih, Jokowi, sudah memutuskan agar para Menteri Kabinetnya meneruskan memakai mobil dinas yang lama dan masih bagus kondisinya. Ketimbang harus memakai mobil Mecy baru yang hanya akan merupakan pemborosan dan tidak konsisten dengan komitmen kesederhanaan yg selama ini menjadi salah satu 'trade mark' Jokowi.
Negara jiran seperti Malaysia, menggunakan mobil Proton utk pejabat tingginya, karena memang mobil nasional itu sudah memenuhi standar baik secara nasional maupun internasional. India mengharuskan pejabat negaranya memakai mobil buatan dalam negeri juga karena sudah memenuhi standar, kendati mungkin tampilannya tidak semewah Mercy. Jepang, Korea, Amerika, dll menggunakan policy yg sama karena produk mereka sudah memenuhi standar internasional. Jika Indonesia mau begitu, tentu sangat bisa. Makanya, inovasi dari anak bangsa di bidang otomotif seperti Esemka itu jangan dihalang-2i dan/atau dipersulit pengembangannya. Demikian juga jangan memanjakan perusahaan otomotif asing atau wakilnya seperti Astra itu, yg sampai saat ini belum punya produk yg benar-2 mobil nasional, karena masih tetap merupakan mobil dg lisensi Jepang. Hanya namanya saja, seperti Kijang, dll memakai nama Indonesia.
Saya yakin, kalau dari segi kapasitas dan kepakaran bidang otomotif, bangsa ini tidak akan kalah dengan bangsa lain yg sudah menjadi produser otomotif. Masalah intinya bukan di sana, tetapi di mentalitas para pemimpin yang lebih suka obral omongan tapi ekonomis dalam praktik. Ini kemudian ditiru oleh rakyat Indonesia yg gandrung dan berorientasi pada otomotif produk impor. PD dan para elitnya ngapain saja berkuasa 10 tahun kalau ternyata mobil Esemka yg dirintis anak bangsa sendiri masih mangkrak sampai sekarang? Lucunya, setelah tidak berkuasa, kini PD malah nyinyir meledek Jokowi agar menggunakan mobil yang jelas-jelas masih belum tentu memenuhi standar kendaraan pejabat tinggi negara itu. Inilah mentalitas politisi yg penuh dengan rasa dengki dan srei ditambah miskin komitmen membangun bangsa dan negara yg mandiri.
Simak tautan ini:
http://news.okezone.com/read/2014/09/12/339/1038039/maukah-jokowi-dorong-esemka-jadi-mobil-dinas-pejabat
0 comments:
Post a Comment