Prabowo Subianto (PS) utk kesekian kalinya melontarkan kritik
keras terhadap pelaksanaan Pilpres 2014. Ia mengatakan bahwa kinerja KPU
sangat buruk sehingga Pilpres 2014 di Indonesia lebih buruk
ketimbang di Korea Utara (Korut). Kemarin (Rabu 6 Agustus 2014), di
depan Majelis Hakim MK PS antara lain mengatakan: "Bahkan di Korea Utara
pun tidak terjadi, mereka bikin 97,8 persen. Di kita, ada yang 100
persen, ini luar biasa. Ini hanya terjadi di negara totaliter, fasis dan
komunis." Bagaimana kritik tsb kita sikapi?
Saya kira statemen
PS di atas harus dipahami dalam konteks memberikan appeal atau menarik
perhatian baik MK maupun publik utk memerkuat tuntutan pihaknya dalam
proses gugatan PHPU yg sedang digelar sejak kemarin. PS mengekspressikan
apa yang dirasakan oleh dirinya yang sudah dikemukakan sebelumnya,
misalnya pada 9 Juli ketika pihaknya menyatakan mundur dari proses
penghitungan suara yg dilakukan KPU dan menolak hasil Pilpres 2014 yg
diputuskan lembaga tsb. Isi pidato di MK itu sejatinya juga tidak jauh
beda dengan pidato PS yg disebarluaskan melalui video bbrp waktu lalu
itu. Intinya, PS tidak mempercayai KPU dan penyelenggaraan Pilpres 2014
dianggapnya tidak lagi mengikuti prosnip luber, jurdil, dan damai.
Soal apakah Pilpres Indonesia lebih buruk dari Korut secara substansial
tentu sulit utk dipertanggungjawabkan. Bukan saja kedua negara
menggunakan sistem politik yg berbeda, tetapi juga dunia pun akan
menganggap statemen PS mengada-ada. Kalau PS menuding adanya 100% suara
di TPS di beberapa daerah di Indonesia sebagai contoh praktik sistem
totaliter danj komunis (semacam Korut?), saya kira juga tidak tepat
karena faktanya hal tersebut secara teknis bisa terjadi di TPS-TPS
Indonesia. Misalnya, bisa saja saksi-2 yg seharusnya hadir di TPS malah
tidak hadir sehingga tak ada satu pun suara yg berbeda, dan itu tetap
sah secara aturan main. Orang juga bisa bertanya kenapa PS hanya
menyinggung soal Pilpres saja, apakah Pileg yg sebelumnya tidak
bermasalah? Bukankah penyelenggaranya juga persisi sama? Apakah ini
karena Gerindra berhasil menangguk suara dan memperoleh kursi di
Parlemen yg cukup signifikan? Pertanyaan-2 seperti itu tampaknya tidak
dipikirkan dampaknya oleh PS karena ia lebih mementingkan efek pidatonya
dalam rangka mengappeal MK dan pendukungnya di luar gedung MK agar
lebih bersemangat.
Saya kira akhirnya terpulang kepada publik
dan rakyat Indonesia juga apakah statemen-2 dan pidato-2 PS akan makin
mampu meyakinkan pendengar dan pemisranya atau malah sebaliknya justru
menghilangkan simpati kepadanya? Yang jelas publik yang makin kritis dan
mampu membedakan mana yg retorika dan mana yg substansi dengan mudah
memilah dan memilih pidato2 seperti itu. Dan kapasitas publik seperti
itulah salah satu hasil positif dari sistem demokrasi yang berjalan
dengan efektif.
Simak tautan ini:
http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/08/06/105920/2654457/1562/prabowo-tuding-pilpres-indonesia-lebih-buruk-dibanding-korut
Thursday, August 7, 2014
Home »
» PILPRES INDONESIA LEBIH BURUK KETIMBANG DI KORUT?
0 comments:
Post a Comment