Semakin dekat dengan hari H 22 Juli, semakin tampak ketegangan yang dirasakan dan semakin marak pula statemen-statemen yang bisa berdampak negatif bagi stabilitas keamanan pasca-Pilpres. Padahal, kita tahu bahwa salah satu kesuksesan yg patut dibanggakan oleh bangsa Indonesia sampai hari ini adalah pelaksanaan pemungutan suara dan rekapitulasi hasil pemungutan suara yang relatif aman, damai, dan terkendali di seluruh pelosok tanah air. Memang benar ada dinamika politik pasca kyusi (Quick Count) diumumkan, terutama setelah kedua kubu kebelet melakukan selebrasi kemenangan mereka di ruang publik. Tetapi dinamika dan gejolak itu tidak mempengaruhi kehidupan publik secara signifikan. Bahkan pasar pun merespon sangat positif proses Pilpres yang lancar, aman dan dami tersebut. kalaupun ada dinamika dan gejolak yg rada panas, lokasinya lebih pada media terutama pada jejaring sosial.
Namun jika statemen-statemen para elit, khususnya para pasangan capres, tidak terkendali, maka cerita bisa jadi lain. Bagaimanapun statemen para capres akan diperhatikan dan ditafsirkan secara khusus oleh para pengikutnya. Bahkan kecenderungan penafsiran yg di luar konteks (out of context) sangat mudah terjadi, apalagi jika media yang berafiliasi dengan kedua kubu yg berlawanan itu menggorengnya dengan berbagai cara. Statemen yang tak terkendali, karena kejengkelan atau kemarahan menyikapi perkembangan situasi yang ada baik di dalam maupun di luar negeri, hemat saya, sangat berpotensi menciptakan kerawanan dan bisa menyulut emosi massa yang tak mudah diprediksi arahnya.
Saya kira, akan lebih bijak apabila pihak-pihak capres-cawapres mendelegasikan kepada para jubir untuk memberikan respon dan reaksi kepada perkembangan dinamis dan cepat tersebut, sehingga akan lebih terukur dampaknya. Tanpa mengurangi hak para pasangan capres-cawapres untuk berbicara dan bereaksi, saya kira tidak ada salahnya jika optimalisasi Timses, termasuk jubir di dalamnya, akan lebih positif. Dalam kondisi psikologis yang sangat menegangkan seperti ini, maka para capres-cawapres akan sangat mudah tergiring pada suatu penyikapan yang subyektif dan acapkali emosional, sesuatu yang layak dan wajar jika bukan dalam konteks terbuka. Namun dalam konteks statemen terbuka, maka subyektifitas yang berlebihan akan mudah diplintir dan dimanipulasi sehingga memproduksi tafsir-tafsir yang bisa sangat berlawanan dengan niat (intention) dari si pembicara.
Semoga sisa 5 hari ke depan ini dapat dilalui dengan baik, sehingga capaian Pemerintah dan seluruh bangsa untuk mengantarkan Republik ini ke masa depan yang lebih baik akan tercapai. Amin...
Simak tautan ini:
http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2078366/prabowo-saya-punya-kekuatan-besar-jangan-anggap-enteng
Thursday, July 17, 2014
Home »
» PARA CAPRES-CAWAPRES LEBIH BAIK MEREDAM KETEGANGAN
0 comments:
Post a Comment