Beberapa hari lalu saya menulis status yang mengingatkan bahwa elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta (PH) semakin cenderung meningkat dan gap (selisih)nya makin mengecil dibhanding dengan pasangan Jokowi-JK (JJ). Kendati ada publikasi mengenai perbadingan antara hasil-hasil survei yg menunjukkan bahwa 5 dari 8 lembaga survei mengindikasikan pasangan JJ masih leading, dan hanya 3 yang sebaliknya, tetapi tren leading tsb tampaknya susah utk dipertahankan. Mengapa hal itu terjadi?
Dalam status sebelumnya saya mengatakan bhw pendekatan "high handed" PDIP terhdp parpol lain yang ingin bergabung dlm koalisi menjadi salah satu penyebab kenapa dukungan thd JJ cenderung stagnan. Bagaimananpun juga sentimen loyalitas pendukung parpol seharusnya diperhatikan kendati Pilpres tidak lagi memilih partai atau wakil partai tetapi figur. Faktor lain adalah kemampuan mesin parpol-2 pendukung JJ dan juga kapasitas tim sukses yang kalah dibanding kubu PH dalam melakukan mobilisasi dukungan melalui kampanye serta distribusi logistik sampai di daerah-2 pelosok di seantero tanah air. Ini termasuk kelangkaan peraga seperti spanduk, gambar/foto/, dll, yang saya amati cenderung tidak seimbang antara JJ dg PH. Bahkan di daerah kantong-2 JJ seperti Solo dan Yogya saya masih melihat kecenderungan alat-2 peraga tsb lebih dominan PH. Saya belum ke daerah-2 lain, tetapi tren ini bisa saja terjadi juga.
Faktor lain adalah serangan kampanye hitam yg marak terhadap kubu JJ, suka atau tidak, ikut berpengaruh signifikan justru karena kedua figur tsb memiliki reputasi yang "bersih". Sedikit saja mereka diserang dengan kampanye hitam, maka dampaknya akan lebih kelihatan ketimbang lawannya yang memang sudah sering dianggap memiliki masalah misalnya dalam soal HAM, soal pribadi, soal karier di militer, dsb. Resiko kampanye hitam dengan demikian memang cenderung lebih serius bagi JJ ketimbang PH dalam mempengaruhi elektabilitas.
Jika berita dari 'Sydney Morning Herald' itu sahih adanya, yakni bahwa lembaga-2 survei pro-JJ menahan hasil survei terakhir mereka karena tren menyempitnya gap tsb, maka kemungkinan elektabilitas JJ mendapat tantangan serius itu makin valid. Atau sekurang-nya telah terjadi stagnasi dalam elektabilitas JJ sementara pada kubu PH tetap mengalami kenaikan sehingga akan terjadi "crossing" (persimpangan) atau bahkan bisa ditinggalkan atau disalip.
Memang kemenangan capres tidak hanya ditentukan oleh survei, tetapi gejala seperti ini sangat penting untuk diperhatikan karena elektabilitas Jokowi sebelum penentuan pasangan capres sangat tinggi dan jauh di atas Prabowo. Belum lagi jika faktor politik uang dan kecurangan dalam proses penghitungan suara dimasukkan. Politik uang, menurut hemat saya, akan memainkan peran penting dalam Pilpres ini karena calon yang hanya dua pasangan. Kecurangan, terutama yg terjadi di daerah-2 oleh para peyelenggara Pemilu akan sulit diawasi. Walhasil, kubu JJ memang harus lebih memacu kinerja mesin politiknya, termasuk para relawannya, dan juga pengawasan terhadap penyelenggaraan Pilpres.
Simak tautan ini:
http://www.aktual.co/politik/123404khawatir-beralih-ke-prabowo-media-australia-lembaga-survey-pendukung-jokowi-tahan-ha
Thursday, June 26, 2014
Home »
» PERSAINGAN KETAT ELEKTABILITAS JOKOWI DAN PRABOWO
0 comments:
Post a Comment