Barangkali dalam sejarah Pilpres di Indonesia, baru kali ini
para mantan Jenderal begitu intensif melibatkan diri dalam kampanye
mendukung kedua pasangan capres. Sayangnya, sejauh yang bisa diikuti
dari jejaring media, baik yang biasa maupun media sosial, kiprah
kampanye mantan elite TNI itu umumnya tidak berisi pendidikan politik
yang positif bagi bangsa dan rakyat Indonesia, dan bahkan, makin dekat
dengan hari H, makin cenderung tidak berbobot, dan bahkan asal njeplak.
Sangat menyedihkan jika mengikuti omongan para mantan Jendral itu ketika
saling serang dan saling mencerca lawan. Bagi orang seperti saya, yang
bukan militer, risih sekali rasanya membaca statemen-2 vulgar seperti
"saya sudah tahu kelakuan si A karena saya pernah jadi atasannya," atau
"si A itu tidak layak memimpin karena dia psikopat," atau "bagaimana si A
mau menjadi Presiden kalau dia pernah dipecat," atau "isu Babinsa
adalah permainan jenderal Anu.." dll.
Saya sering baca dan
dengar bhw dalam militer itu ada yang namanya loyalitas korps, jiwa
korsa, pengormatan terhadap senioritas, dll. Bagaimana mungkin kesemua
nilai-nilai mulia itu kemudian dihancurkan sendiri oleh mereka yang
pernah menjadi elite militer. Bukankah cita-2 tertinggi seorang prajurit
adalah mencapai karir sampai memperoleh bintang? dan bukankah seorang
prahurit yang layak mendapat bintang hanya mereka yang mumpuni baik
kapasitas dan keahlian maupun kualitas moralnya? Dan jika telah
purnawirawan, bukankah mereka itu akan menjadi kebanggaan dan teladan
para prajurit yang masih aktif? Bagaimana pula dengan semboyan "Soldiers
never die, they only fade away" yg berarti sekali prajurit tetap
berjiwa prajurit (kendati sudah purnawira) itu?
Pilpres 2014
tampaknya telah hampir sempurna menghancurkan gambaran ideal di atas.
Ternyata, statemen para purnawirawan yg punya nama dan capaian hebat-2
itu tak lebih bagus ketimbang para politisi Senayan, para jurkam parpol,
atau bahkan para pemandu sorak di jalanan! Kualitas statemen mereka
begitu rendah karena tidak lagi berdasarkan nalar yang sehat, tetapi
ambisi dan kepentingan politik. Mereka saling bongkar satu sam lain di
ruang publik dan disaksikan oleh publik di dalam maupun luar negeri.
Bagaimana mungkin rakyat dan bahkan para prajurit akan mempercayai para
senior militer yang seperti ini. Saya khawatir jangan-2 segala macam
kehebatan dalam prinsip, semboyan, dan idealisme militer kita nanti
ujung-ujungnya hanya sebagai mitos belaka!
Para mantan Jendral
tentu punya hak penuh menjadi pendukung para pasangan capres dan
terlibat kampanye pemenangan mereka. Tetapi seharusnya mereka juga
menjadi contoh bagi rakyat bahwa ketike mereka berpolitik pun tetap
konsisten dengan prinsip2 utama yang membuat mereka selama ini diakui
dan dihormati. Jangan sampai karena kepentingan dukung mendukung, para
mantan Jenderal tsb justru merendahkan diri sendiri dan berpotensi
merendahkan martabat TNI dan/atau Polri!
Berikanlah contoh terbaik bagi para prajurit dan rakyat Indonesia. Bicaralah yang nalar dan benar, jangan asal njeplak!
Simak tautan ini:
http://surabaya.tribunnews.com/2014/06/11/pangdam-vbrawijaya-malu-senior-buka-aib-tni-sendiri
Thursday, June 12, 2014
Home »
» MENILAI KUALITAS KAMPANYE PARA MANTAN JENDERAL
0 comments:
Post a Comment