Pernyataan Pejabat Rais Aam
PBNU, KH Mustofa Bisri, yg lebih kondang dengan panggilan Gus Mus (GM),
sungguh menarik dan penting dicermati. Ada dua poin dlm pernyataan
Kiai/budayawan asal Rembang tsb: 1) Bahwa Ketua PBNU, Prof. Dr. Said
Agil Siradj (SAS), tidak paham politik sehingga dipolitisasi utk
pemenangan PKB-Imin; dan 2) Warga nahdliyyin masih terjebak masa lalu,
karena di satu pihak "NU selalu mengklaim berkontribusi dalam membangun
NKRI," tapi di pihak lain "kebanyakan warga NU belum bisa mandiri di
beberapa hal, seperti politik dan ekonomi." Saya KURANG SEPENDAPAT
dengan poin GM yg pertama, karena hemat saya SAS justru sangat paham
dengan politik dan melakukan manuver-2 yang bernuansa politik yg cukup
canggih selama ini. Manuver politik SAS bukan dengan PKB-Imin saja, tapi
juga pihak lain. Misalnya yg paling baru adalah pertemuan bersama Ketua
PP Muhammadiyah, Dien Syamsuddin (DS) di PBNU utk menyikapi koalisi
Islam pasca-Pileg 2014. Kedekatan SAS dengan Pemerintah dan sebaliknya,
bagi saya adalah manuver politik SAS yg tidak kalah penting. SAS sudah
memperhitungkan apa hasil dan resikonya saat melakukan kerjasama politik
dengan PKB-Imin. Bahkan sikap inkonsistensi SAS, mengatakan NU dan PBNU
netral tetapi nongol dalam kampanye PKB-Imin di media elektronik, adlh
manuver politik yg direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis. Bagi
sebagian warga NU (termasuk GM), mungkin sikap SAS menjadi tanda tanya
dan bahkan kontroversial. Terhadap poin GM yg kedua, saya 100% SETUJU,
dan itulah yg menjelaskan mengapa manuver politik SAS dkk di PBNU mampu
mendongkrak perolehan PKB-Imin. Warga NU yg masih terjebak pd masa lalu
itu, justru ironisnya adlh modal awal dan besar bg kesuksesan kerjasama
politik sebagian elit NU baik di pusat maupun di daerah-2 basis
nahdliyyin di Jatim, Kalsel, Sulsel, Maluku, Lampung dsb di tanah air.
Selama mayoritas warga NU berada dalam jebakan masa lalu, selama itu
pula manuver-2 politik kelompok elit NU akan mudah dilakukan. Sebaliknya
kian jebakan itu kendur dan lenyap, manuver politik dari elit NU pun
akan makin bisa dikontrol, diawasi, dan bahkan dicegah. Dan akibatnya NU
tidak akan menjadi sekadar wahana politik transaksional elitenya dengan
kekuatan-2 politik di negeri ini. Persoalannya, apakah elite NU yg
diuntungkan dg kondisi seperti sekarang ini akan berusaha keras agar
warga ahdliyyin terbebas dari jebakan masa lalu tsb? Salah satu strategi
utk melepaskan jebakan tsb adalah penguatan basis material dan
peningkatan pencerahan (enlightenment) warga nahdliyyin di tingkat akar
rumput. Tujuannya adalah terwujudnya kemandirian ekonomi serta
peningkatan kualitas pendidikan sehingga terbangun suatu critical mass
dari kelas menengah NU yg solid dan tercerahkan!. Bagi sebagian elit di
PBNU, dua hal itu malah berpotensi ancaman bagi kepentingan pribadi dan
kelompok mereka. Perjuangan pembebasan warga NU dari jebakan masa lalu,
sebagaimana dinyatakan oleh GM dan juga dulu dikemukakan oleh alm GD,
adalah tugas berat, berkesinambungan, dan lintas generasional.
Pertanyaannya adakah pemimpin NU yg memiliki visi tsb pasca-alm GD?
Simak tautan ini:
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/04/17/269571270/Gus-Mus-Ketua-PBNU-Tak-Ngerti-Politik
Thursday, April 17, 2014
Home »
» MELEPASKAN WARGA NU DARI JEBAKAN MASA LALU DAN POLITISASI
0 comments:
Post a Comment